KARAWANG UNDERGROUND STORY
"THE HISTORY OF METAL KARAWANG FROM '96 until 2011 GIGS/EVENTS/BANDS/COMMUNITY
Cikal bakal Karawang Metal Scene atau karawang Underground di mulai
sejak tahun 90an. Waktu itu kota pahit nan industry ini masih sepi dan
belum begitu banyak dan ramai oleh kaum urban,pada waktu itu karawang
masih banyak di hiasi acara acara pop n rock festival biasa,semenjak di
bangunnya GSG panathayudha(yang skarang bukan GSG lagi tapi GSS alias
gedung serba sulit) yang di khususkan dulu untuk acara music dan
kesenian,dari situlah muncul suatu gagasan perkumpulan musisi karawang
biasa menggelar even KARAWANG ROCK FESTIVAL (1996) yang acaranya di
gelar 2 hari dua malam,acara tersebut acara yang memicu dimana scene
underground karawang berkembang, acara tersebut merupakan acara rock
terbesar pada saat itu dan merupakan ajang festival rock sewilayah 4
jawabarat, yang di isi oleh band rock karawang reftus,soniac cruel,
triple x, aksara,dll. Di acra tersebut ada sebagian band underground
dajjal, noise damage bandung yang menjadi perform paling dasyat, ketika
DAJJAL dan NOISE DAMAGE tampil membawakan lagu lagu dari napalm deth
dan ketika dajjal belum mengunnakan kostum , gor panatha yudha seakan
terguncang , banyak band band rock karawang tercengan melihat penampilan
mereka, karena aliran band tersebut belum ada dikarawang,selepas
dari acara tersebut banyak genre genre rock band di karawang merubah
musiknya,ditambah dengan adanya toko music yang menyediakan kaset-kaset
cd metal di karawang seperti toko yuli dan leoni, dan ditambah studio
music ageur yang murah,dari situlah banyak bermunculan komunitas
komunitas metal karawang seperti adiarsa underground community (rip)
dengan band bandnya : blankar,rawa rontek,fossil yang menggusung death
thrash metal, santiong underground community dengan bandnya :
noisegate,victim of coitus,rejection,freedom hard,rude of rage,tambal
band,bbs dan teluk jambe underground community seperti bandnya
akherat,death promise, bloody anus dll,sampai pada akhirnya komunitas ug
yang tadinya berbeda beda bisa bergabung menjadi karawang underground
community, bahkan mereka bergabung mebuat event dari tahun
ketahun.event underground pertama kali di gelar yaitu karawang bawah
tanah 1 (1998) yang di adakan di sd nagasari karawang, pada tahun
1998,yang di sponsori oleh band suggesti (yanto baso yatmin),borneo,
noisegate,victim of coitus,blankar,akherat,freedom
hard,rejection,rude of rage, dari situ banyak eo dari Jakarta tertarik
ingin bekerja sama mengadakan event ug terbesar di karawang. Dengan
nama bumi production eo yang diketuai wahyu torture berani membuka
lebar event ug di gor panathayudha pada tahun 1999.event tersebut
KARAWANG BERGEMA (1999) yang banyak mengundang band band dari pondok
gede Jakarta seperti torture,Godzilla,human target,kodusa,exordium,dan
band lokalnya di isi oleh noisegate,victim of
coitus,blankar,akherat,freedom
hard,rejection,rude of rage,mati suri (sengkrit ex vocalis)death
tragist (bekasi),nocternity ( subang)..karawang bergema merupakan acara
underground paling success dan dasyat dengan jumlah penonton sekitar
10.000 orang.akhirnya bumi production memutuskan untuk membuka chapter 2
nya di tahun berikutnya.karawang bergema II( 2001) merupakan acara
underground murni yang hanya di ikuti band band underground
Jakarta-bekasi –karawang, subang, purwakarta acara tersebut di isi oleh
band ug seperti trauma,mezwah,jumbojet,dry (Surabaya),nocternity
(subang), adrenaline,phobia (purwakarta),death tragist (bks),crime to
murder,n.o.t, (cikarang) noise gate, metamorfosa,blankar,akherat,ru de
of rage,rejection,freedom hard, (krw) acara tersebut minim penonton
karena kurang nya promo dan banyak masyarakat karawang waktu itu belum
mengerti music metal, dan menurut keterangan bumi prod harus menomboki
kekurangan sewa gor panathayudha dan bintang tamu dari Jakarta yang
belum di beri budget,sampai akhirnya bumi prod bankrupt.pada tahun 2002
merupakan dimana music underground karawang tumbuh dan berkembang
komunitas underground baru banyak bermunculan,dari situ lah tercipta
kompilasi underground krw “mati dan membusuk” yang banyak di isi oleh
band karawang dan tanggerang seperti hell janatis,riverblood, kelam,
metamorfosa, freedom hard, rejection, kolobos dll dan di liris oleh
coreshop (2002)kebangkitan ug krw ini terbukti,sampai akhirnya ada suatu
LSM yang peduli akan keberadaan underground krw, Front Padi LSM yang
di motori oleh repwandi (x mantan fraksi PDI P krw) saat itu adalah
salah satu LSM yang satu satunya yang bisa bias bergabung dengan
underground krw dan bias menjebolkan GOR panatha yudha tanpa membayar
sewa untuk acara walvin CS RIOT RIOT UP STAR, acara ini mendatangkan
Burger kill pada saat promo pertama dua sisi, tapi sayang acara tersebut
kurang berjalan lancar karena burgerkill di shejoule terlalu malam
akhirnya pihak burgerkill memutuskan untuk kembali ke
bandung,dikarenakan penonton yang minim dan pada saat itu banyak
underground krw yang belum mengenal BK, acara RRUS banyak di support
oleh band Jakarta seperti Gethebong, Abhoreed despiser, Qisash, Delerium
Treament, United Smoker dll.dan ahkirnya acara tersebut mengendafkan
LSM front padi dengan banyak kasus yang tak terduga,seperti pecahnya
kaca gor panathayudha oleh audience,, sampai sampai front padi
mendapatkan tegurandari pihak pengelola pemda utuk tidak membuat acara
music lagi disana. acara terbesar berikutnya di karawang adalah HITAM
HITAM ON STAGE #5 (2004) yang dipromotori dan di adakan oleh VR
production dari Jakarta.acara ini merupakan tour 5 kota jabotabeka,
acara tersebut sangat membangkitkan underground krw yang sempat
tenggelam, 1000 penonton ug krw diperkirakan hadir pada acara
ini,RESTLEST,BETRAYER,SINUSITI S
dari Jakarta mengisi di acara metal terbesar ke 2 selama tahun 2000an,
begitupun band lokal karawang yang ikut perform seperti
kolobos,dramatical misery,kepleroid,akherat,crime
to murder (cikarang) dll.tahun 2004-2005 Kolobos dan Dramatical Misery
melakukan tour di Cirebon dengan dajjal dan rest in peace dan di
bekasi dengan forgotten,noxa, panic disorder,revenge,inner
beauty,sajen,black protector dan ini merupakan bahwa bukti bahwa band
karawang bisa exis di luar kota dan di terima di kota kota besar,
sampai 2008 krw sepi akan acara,untuk membangkitkan darah para
underground karawang di gebrak dengan acara karawang independent music
ness (2007), acara ini banyak di isi oleh band band karawang
underground dan luar, generator,kolobos,dramatical misery,gerhana
total,decry victim,blankar,against the law.acara ini merupakan acara
terburuk sepanjang tahun 2000an acra tersebut sedikit tercoreng dengan
adanya keributan yang meluas di othic
dll. Acara ini berjalan lancar dan banyak di ikuti band local maupun
band dari luar karawang seperti : burning dog, guardian angel bleeding
heart, gerhana total, karedok leunca, nerro,babi muntah, bandit chaos ,
makal maut, versus, brain god, keluarga cemara dll. Walaupun banyak
Kendal dari perijinan polisi tapi alhamdulliah acara tersebut success.
Stahun kemudian karawang underground community berkumpul untuk event
seterusnya, even tersebut sequel KMF1 yaitu KARAWANG METAL FEST#2 yang
diadakan pada 2 april 2011 dengan vomiting jatuh pada DAJJAL (bdg)dan
INNER BEAUTY (jkrt).kedua band metal tersebut merupakan band ug kawakan
yang telah lama melintang di dunia underground Indonesia, kembalinya
dajjal ke karawang sangat membuat antusias para metalhead karawang ,
terutama pada saat acara tersebut hall pd.prakasa penuh dengan para
metalhaead krw dan dari luar karawang, terlihat disana bahwa acara KMF 2
lebih banyak audience nya dibandingkan dari KMF 1, berate scene
komunitas underground karawang cenderung bertambah dan maju..acara KMF2
terbilang success untuk kedua kalinya, walaupun tempat terbilang kurang
memadai,terima kasih kepada para metalhead karawang yang telah banyak
mengikuti jejak scene komunitas ug karawang selama 15 tahun, terutama
yang kepada generasi baru yang mengikuti jejak underground karawang
sekarang ini, jadikan komunitas underground sebagai contoh yang baik
damai tanpa ada keributan dan kerusuhan,acara acara metal akan berjalan
baik di karawang tanpa adanya perbedaan dan permusuhan kita support ug
di sini untuk terus maju.
Komunitas underground-underground di Karawang
Santiong Underground, Cikampek Undergrounders, Adiarsa Underground co, BBS Underground, Loji underground, Telagasari Underground, Karawang Death Metal, Klari Underground, Kosambi cicangor underground, Pasir Kamuning Underground, Wadas Underground, Cilamaya Underground, Deathgothic Underground Karawang, Telukjambe underground, Rengasdengklok Underground, Tanjungpura Underground, Galuh Screametal core, Lamaran Johar underground, Dan semua gabung dalam satu komunitas KARAWANG METAL WARRIORS
Gigs and Events di Karawang dan Sekitarnya (1996-2003)
1. Karawang Festival Rock se-wilayah 4 (Dajjal, Noise Damage, etc) Jabar at GOR Panatayudha 1996
2. Karawand Bawah Tanah #1 at Santiong Mandalasari 1997
3. Pucung Cikampek Rock Fest at lap.Pucung Cikampek 1997
4. Karawang Bawah Tanah# 2 at Santiong Mandalasari 1998
5. Rengasdengklok Music Kemerdekaan , at Lap.Kecamatan Rengasdengklok Karawang 1999
6. Tirtasari Swimming pool Musick Fest. Cikampek 1998
7. Karawang Fair Musick Fest Basket Outdoor Panatayuda 1998
8. Karawang Bawah Tanah# 3 at Santiong Mandalasari 1999
9. Karawang Bawah Tanah#4 at Lap PJKA Sanut 2000
10. Karawang Anthology Musick Indie at Wartel gaul Karawang 2000
11. Karawang Bergema (Torture,Exedium,Godzilla,Stup id Nation, kodusa, etc)at GOR Panatayuda 2000
12. Karawang Anthology Musick Indie#2 at outdoor GOR Panatayuda Karawang 2001
13. Karawang Extreme Noise at Depan Station Karawang 2001 ( sacral, nocternity, katarak )
14. Karawang Bergema #2 (Trauma, Jumbojet,Godzilla, Dry, etc) at GOR Panatayuda Karawang 2001
15. Riot-riot up star (Burgerkill, Abhorred Despiser, Qisash, Raptus, Death Tragist )at GOR Panatayuda Karawang 2002
16. Karawang Musick Indie Wartel gaul BCA karawang 2003
17. Innagurasi at SMK BK Tanjungpura Karawang 2002 (Dramatical misery live)
18. Rengasdengklok Metal Maniac at Lapangan Tunggakjati Rengasdengklok 2002
19. Hitam Hitam on stage3 (with Restless, Betrayer, Sinusitis, etc)at Gor Panatayuda Karawang 2003
20. PASKAM metal fest (with Generator, Kolobos, DM , etc)at lap. Pasir Kamuning Telagasari 2005
21. Djarum Musick Tour at Hal.Parkir Singaperbangsa Karawang 2006
22. Telagasari Fatalliti Metal Maniac Fest at Telagasari 2006
23. Pancawati Metal Fest. (With Rotted,DM,Kolobos, final fantasy…)At lap Pancawati Klari 2007
24. Karawang Independent musick (With Generator, Gerhana Total, Rest In Peace, Rotted) at GOR Panatayuda Karawang 2008
25. Monster of Rock 2008 (with Tengkorak, Siksa Kubur, Gelap, etc)at Hal.park Singaperbangsa Karawang 2008
26. Cikampek Blood Valentine (with Jessica, Phobia, Malakal Maut, Dramatical Misery, Kolobos) at lap.Jomin Cikampek 2010
27. Karawang Metal Fest#1 (with Purgatory, Guardian Angel, Pantoera, Burning Dog, etc) at PD Prakasa Karawang 2010
28. Tempuran Rock Fest at Lap Kec Tempuran 2010
29. Cicangor Holyrock 2 Fest at Kosambi Karawang,juli 2010
30. Cikampek Ground fest 1 ( Mythos, Naked Truth, Kolobos, Malakal Maut, etc) 2010
31. Care for Humanity (with Mythos, Poison Nova, Catharsis, Psywar, Stupid Nation…) at Resinda Karawang 2010
32. Karawang Metal Fest#2 (with Dajjal, Inner Beauty, Bandit Chaos, etc)at PD Prakasa, april 2011
33. Paskam Metal Fest#2 at lap.Pasir Kamuning Telagasari Karawang 2011
34. Karawang metal fest # 3 Beside 18 september 2011
35. Holy rock #3 2011
36. Cikampek Ground Fest #3 nov 2011
BAND – BAND UNDERGROUND
KARAWANG CIKAMPEK DAN SEKITARNYA YANG TELAH MENGISI ACARA METAL DI
KARAWANG DAN SEKITARNYA : ERA 90AN – SEKARANG
- SUGGESTI (RIP) Power Metal
- BORNEO (RIP) Heavy Metal
- NOISE GATE (RIP) Brutal Death Metal
- METAMORFOSA (RIP) Death Metal
- TRIPLE X (RIP) Heavy Metal
- ALLIGATOR (RIP) Thrash Metal
- DIPTHERIA (RIP) Brutal Death Metal
- KOLOBOS Brutaldeath
- DRAMATICAL MISERY Gothic Metal
- GETHAYANGAN (RIP) Black Metal
- AKHERAT Blackmetal
- BLANKAR (RIP) Death Thrash
- SONIAC CRUEL (RIP) Thrash Grunge
- DEATH PROMISE (RIP) Black Metal
- TAMBALBAND (RIP) Hardcore
- DEATH TRAGIST (RIP) Fast Black Metal
- DISFIGURED (RIP) Crust Grind
- KEPLEROID (RIP) Crust Grind
- RUDE OF RAGE (RIP) Hardcore
- REJECTION (RIP) Hardcore
- VICTIM OF COITUS (RIP) Gore Grind
- BLOODY ANUS (RIP) Brutal Death Metal
- FREEDOM HARD (RIP) Hardcore
- MATISURI (RIP) Black Metal
- PANTOERA Progressive Trash Metal
- MORTUARY (RIP) Death Trash
- SACRALIS (RIP) Black Thrash
- NERRO Death Thrash
- BABI MUNTAH Brutal Death Metal
- RIEWA Slamming Death Metal
- GETIHSUNDA Metal
- GUARDIAN ANGEL Metal Core
- KAREDOK LEUNCA Death Thrash
- KARAT Death Metal
- BUTTERLIES Metal Core
- BEFORE TOMMOROW Crust Core
- MALAKAL MAUT Black Metal
- BRAIN DISORDER Metal
- SIMPHONY HITAM Metal Core
- LAST BURNING Metal
- FUCK MY HEAD Metal
- BROTHERKILL Metal
- NYIKSA DIRI Black Metal
- JERITAN IBLIS Black Metal
- AYAAYAWAE Metal
- KELUARGA CEMARA Death Metal
- BLEEDING HEART Metal Core
- MURKA Black Gothic
- SARKAR MAUT Blackmetal
- HUMAN TORTURE Brutal Death Metal
- DECRY VICTIM Death Metal
- AFTERWORD SECOND Metal
- ROMATIC DISTORTION Metal
- FINAL FANTASY Gothic
- AGAINST THE LAWS Hardcore
- CONVICTED CRIMINAL Metal
- VERSUS Death Metal
- THE SORROW Symphony Gothic
- SACRED REBORD
- BLOOD STRAIN
- BRAIN GOD Death Metal
- ROH REINCARNASI
- TRIBAL TONE
- CLOWNS TEARS
- JEPPROOT Punk Rock
- GERHANA TOTAL Symphony Black
- GENERATOR Thrash Core
- TITISAN MATISURI Black Metal
- NYEKAR Black Metal
- OPPOSITE DAY Metal
- THE LAST BURNING Metal
- XROAX
- RANGKUTI
- KARMA Gothic Black
- HYPOCHONDRIA
- SUXMA
- HATRED ACTIVITY
- COLONI MUSUH
- HARDISK ERROR
- JAGAL PATI
- PANCAROBA
- CAKRABIRAWA
- AGNES MONICA Metal
- BLOODY INFECTION
- BANKE TIKUS
- KERANGKENK MAYIT
- DANDELION Gothic
- DEKADSABATH
- DISTORTION
- RUHANI
- TALI ARI
- KAROTOR
- KOZOR
- POLITIOUS DEATH
- SEUPANTALS Metal
- MUTHAFUCKA(RIP) Punk Rock
- CHAOS GX (RIP) Punk Rock
- ROTTED Death Grind
- RAWARONTEK (RIP) Death Thrash
- FOSSILL (RIP) Death Thrash
- PUBLIC SHIT (RIP) Nu Metal
- VAGILATED Gore Grind
- DEMONGRIP Black Death
- DRAT INVERTER
BAND BAND LUAR KARAWANG YANG MENJADI GUEST STAR DI KARAWANG 1996 - 2011
- TORTURE (jkt)
- GODZILLA (jkt)
- ABHORED DESPISSER (jkt)
- QISASH (jkt)
- JUMBOJET (jkt)
- RAPTUS deicide cover (jkt)
- EXODIUM (jkt)
- KODUSA (021) (jkt)
- DRY (surabaya)
- CRUSADE (bdg)
- IMMORTALLITY (bdg)
- BETRAYER (jkt)
- TRAUMA (jkt)
- TENGKORAK (jkt)
- SINUSITIS (jkt)
- RESTLESS (bdg)
- PAPPER GANSTER (jkt)
- GELAP (jkt)
- BLACK RAMSTEIN (skbm)
- REST IN PEACE (cbr)
- DAJJAL (bdg)
- NOISE DAMAGE (bdg)
- INNER BEAUTY (jkt)
- KERANGKENG (jkt)
- BANDIT CHAOS (sbg)
- PURGATORY (jkt)
- JESSICA (sbg)
- PHOBIA (pwkt)
- ADRENALINE (pwkt)
- SINYO BANGOR (pwkt)
- SIKSA KUBUR (jkt)
- MYTHOS (bdg)
- POISON NOVA (cbr)
- CATHARIS (jkt)
- STUPID NATION (jkt)
- BESIDE (bdg)
- DEVOUR THE DAMN (jkt)
- DEMON DAMN (bdg)
- CRIME TO MURDER (bks)
- HUMAN TARGET (bks)
- N.O.T (bks)
- UNITED SMOKER (bks)
- IMPRECATORY (bdg)
- KATARAK (jkt)
- PSYWAR (jkt)
- ALIEN SCREAM (bks)
- TERJAL (bks)
- GERHANA TOTAL (bks)
- BURGERKILL (CANCEL DI ACARA RIOT RIOT UP STAR 2001)
- MEZWAH (jkt)
- NOCTERNITY (sbg)
- NAKED TRUTH (bdg)
- MUMMY (bdg)
- PERNICIOUS HATE (pwkto)
- GENERATOR (ckmpk)
- RIVERBLOOD (tgr)
- GRINDCORE REJECT (jkt)
- SADISTIS (jkt) cancel
- PEDIH (jkt) cancel
- VISION EYES (jkt)
- OKAY DOKAY (cbr)
- PAINKILLER (jkt)
- KHUDETA (bdg)
TERIMA KASIH KEPADA DISTRO DISTRO UNDERGROUND DI KARAWANG YANG TELAH BANYAK MENSUPPORT PERGERAKAN UNDERGROUND
- Coreshop Undeground Distro - Jl. Arif Rahman hakim Pertokoan PJKA (2000-sekarang)
- Relshop UG distro -(Jl.Tuparev Pintu kereta ) 2002 – sekarang
- Nitrogen UG distro –Telagasari Karawang
- Klinik Hideung UG Distro – Telukjambe
- Ompong UG distro LOJI karawang
- Preshop UG– Majalaya Telagasari
- Rebellion shop UG distro – Kosambi
- Pilonk & Warnet GURO (RIP) karawang
- DOT net pindodeli Sananga
- Demongrip UG Merchandise KRW
- Vandalism UG distro Cikampek
- Pentagram Distro
- Red Shadow Distro
- Mutant guitar klinic
- Sengkrit Pantoera Homebase Telagasari
- Afe Toko mIra tanjungpura
- Riungrupa
- Phaveljapet BK krw officialline
MAGELANG DEATH METAL
Pada dasarnya komunitas Magelang Death Metal adalah
salah satu komunitas baru di Magelang, sebelum Magelang Death Metal
lahir sudah ada terlebih dahulu komunitas-komunitas metal terdahulu
seperti Magelang Metal Militia, Magelang Independent Conspiracy, dan
Magelang Underground Community, dan mungkin masih ada beberapa lagi yang
belum disebut.
Magelang Death Metal sendiri adalah sebuah komunitas yang ruang
lingkupnya hanya pada genre Death Metal dan tidak ada genre lain.
Komunitas ini (MDM) lahir pada awal tahun 2008, dengan usianya yang
masih tiga tahun terbilang komunitas ini masih cukup baru untuk scene
Metal. Disamping sebagai komunitas yang baru, orang-orang yang bergerak
di komunitas ini rata-rata juga masih baru di dalam dunia metal.
Namun orang-orang ini memiliki visi dan misi supaya scene musik Death
Metal di Magelang bisa dikenal dan diketahui lebih baik di kota-kota
lain. Selain itu juga MDM merupakan wadah bagi pecinta musik Death Metal
di Magelang agar dapat saling berbagi informasi tentang musik Death
Metal.
Karena upayanya yang tidak mengenal lelah, alhasil, visi dan misi MDM
mulai menunjukkan perkembangan yang baik secara signifikan, sekarang
Death Metal di Kota Magelang sudah mulai dikenal oleh kota-kota lain.
Selain itu MDM juga telah sukses menggelar 2 event besar yakni Magelang
Death Fest #1 pada 19 Desember 2009 dan Magelang Death Fest #2 pada 06
Februari 2011 yang lalu.
Disamping itu MDM juga mengagendakan event dengan skala lebih kecil yang diberi nama Brutality Night yang kini sudah mencapai part #7.
Berikut adalah beberapa band yang tercatat di Magelang Death Metal :
- ANAESTHESIA
- SICK PROJECT
- EXCREMENTORY
- TOTAL DAMAGE
- MORBITUAL
- EXCRUCIATE
- DISFUGED
- BLEEDING SICK
- DYING FLESH
- DECAPITATE
- CARNAGE
- DEPRAVITY
- VISCEROID
- AORTA CENSORA
- SARCOPHAGUS
- Dan Lain-lain.
Memang masih belum banyak band Death Metal di kota Magelang. Namun
walaupun sedikit, tapi semuanya selalu berjuang dalam kreativitas dan
meningkatkan profesionalisme supaya komunitas MDM dan scene Death Metal
di Magelang semakin berkembang dan semakin baik kedepannya dengan
menghasilkan karya-karya yang tidak kalah dengan Death Metal kota lain.
PADA Tanggal 21 Desember 1997 Aspulanu Production yang dimotori oleh Almarhum Aang mengadakan event underground pertama yang dilaksanakan di Gedung kesenian Soetedja Purwokerto.
Event ini menjadi sejarah awal event-event underground atau event metal di Purwokerto, karena sedikitnya band yang eksis di Purwokerto, maka penyelenggara mengajak band-band dari Jakarta seperti : Troops Of Brutalilly, Pusara, Monstrous Morbidity, Losfhell, sedangkan dari Purwokerto sendiri ada Kremush, Kurusetra (yang akhirnya berganti nama menjadi Nefarious Crypt), Duka Cita, Sacrefixx, Murka dan lain-lain.
Memang sebelumnya sudah ada band-band yang bergenre metal (Metallica Coversong), Abnormal (Thrash Metal), Buronth (Sepultura Coversong), Sacrefixx (Kreator Coversong), Kremush (Death Metal), namun band-band ini hanya bisa tampil diacara musik kompos, festival band dan menjadi band pembuka jika ada band-band Mainstream Nasional.
Jadi sebagai barometer event metal adalah “Musisi Lagi Mumet “ yang kemudian dilanjutkan menjadi event “Mumet Dua” yang dilaksanakan pada tanggal 3 mei 1998 di Gedung Soetedja. Pada saat ini mumet Dua merupakan event terbesar di Purwokerto karena event ini diikuti 40 band yang dibagi dua sesi yaitu sesi Metal terdiri dari 20 band dan sesi Punk atau Hardcore terdiri dari 20 band.
Pada sesi Metal, band yang diundang ada 4 band yaitu : Adaptor, Torture (Jakarta), Dajjal (Bandung), Impurity (Jogja) plus 16 band local. Untuk masalah mengemas kreatifitas bermusik adalah Kremush yang mengawalinya karena pada Tahun 1997 Kremush sudah mengeluarkan Mini Album dengan Titel “ Deadly Consience”. Dan setelahnya, Purwokerto mulai bikin kompilasi “ Purwokerto Bawah Tanah 1998”, Nefarious Crypt “ Inhumanity”, Bleeding Spell Crew Project “ Proof Of Our Existance 2000” yang terdiri dari Tiga band yaitu : Kremush, Nefarious Crypt dan Infected Tendence.
Bleeding Spell sebenarnya adalah Fanzine yang dibuat oleh orang-orang yang berniat memajukan scene metal Purwokerto. Tapi di dalamnya terdapat orang-orang yang juga memiliki band. Sempat beredar rumor jika Bleeding Spell adalah sebuah komunitas, hal ini terjadi karena di dalamnya terdapat band-band seperti Kremush, Nefarious Crypt, Infected Tendence, Brutal Cremation dan Pernicious Hate.
Pernicious Hate merupakan band paling bungsu di Bleeding Spell Crew, Pernicious Hate juga pernah membuat Full Album dengan titel “Disgrace World” pada tahun 2005 yang di rilis oleh Edelweiss Records. Bleeding Spell Fanzine juga sempat beredar tiga edisi yakni tahun 1997, 1998 dan 1999.
Untuk saat ini band-band Purwokerto yang masih eksis dan sering tampil di event-event metal yaitu Pernicious Hate, Burning Dog, Sacrefixx dan Agains. Purwokerto juga sudah mulai ramai dengan event-event metal. Walaupun ¾ Tahun belakangan ini sempat sepi karena tidak ada event, karena tidak ada penyelenggaranya.
Pada Tanggal 4 Juli 2010 Bleeding Spell membuat project yang termasuk project impian. Pada saat itu Bleeding Speel membuat event 11th Anniversary Pernicious Hate dengan biaya yang lumayan besar untuk event di Purwokerto. Karna event ini di selenggarakan di Defron Café Outdoor dengan panggung Rigging dan Sound System yang berkualitas, penyelenggara event dan metalhead pun sangat puas dengan event ini, terutama Pernicious Hate dan band-band pendukung di dalamnya karna mereka sangat nyaman tampil di event tersebut.
ERA KEBANGKITAN PURWOKERTO METALHEAD
PADA Tanggal 21 Desember 1997 Aspulanu Production yang dimotori oleh Almarhum Aang mengadakan event underground pertama yang dilaksanakan di Gedung kesenian Soetedja Purwokerto.
Event ini menjadi sejarah awal event-event underground atau event metal di Purwokerto, karena sedikitnya band yang eksis di Purwokerto, maka penyelenggara mengajak band-band dari Jakarta seperti : Troops Of Brutalilly, Pusara, Monstrous Morbidity, Losfhell, sedangkan dari Purwokerto sendiri ada Kremush, Kurusetra (yang akhirnya berganti nama menjadi Nefarious Crypt), Duka Cita, Sacrefixx, Murka dan lain-lain.
Memang sebelumnya sudah ada band-band yang bergenre metal (Metallica Coversong), Abnormal (Thrash Metal), Buronth (Sepultura Coversong), Sacrefixx (Kreator Coversong), Kremush (Death Metal), namun band-band ini hanya bisa tampil diacara musik kompos, festival band dan menjadi band pembuka jika ada band-band Mainstream Nasional.
Jadi sebagai barometer event metal adalah “Musisi Lagi Mumet “ yang kemudian dilanjutkan menjadi event “Mumet Dua” yang dilaksanakan pada tanggal 3 mei 1998 di Gedung Soetedja. Pada saat ini mumet Dua merupakan event terbesar di Purwokerto karena event ini diikuti 40 band yang dibagi dua sesi yaitu sesi Metal terdiri dari 20 band dan sesi Punk atau Hardcore terdiri dari 20 band.
Pada sesi Metal, band yang diundang ada 4 band yaitu : Adaptor, Torture (Jakarta), Dajjal (Bandung), Impurity (Jogja) plus 16 band local. Untuk masalah mengemas kreatifitas bermusik adalah Kremush yang mengawalinya karena pada Tahun 1997 Kremush sudah mengeluarkan Mini Album dengan Titel “ Deadly Consience”. Dan setelahnya, Purwokerto mulai bikin kompilasi “ Purwokerto Bawah Tanah 1998”, Nefarious Crypt “ Inhumanity”, Bleeding Spell Crew Project “ Proof Of Our Existance 2000” yang terdiri dari Tiga band yaitu : Kremush, Nefarious Crypt dan Infected Tendence.
Bleeding Spell sebenarnya adalah Fanzine yang dibuat oleh orang-orang yang berniat memajukan scene metal Purwokerto. Tapi di dalamnya terdapat orang-orang yang juga memiliki band. Sempat beredar rumor jika Bleeding Spell adalah sebuah komunitas, hal ini terjadi karena di dalamnya terdapat band-band seperti Kremush, Nefarious Crypt, Infected Tendence, Brutal Cremation dan Pernicious Hate.
Pernicious Hate merupakan band paling bungsu di Bleeding Spell Crew, Pernicious Hate juga pernah membuat Full Album dengan titel “Disgrace World” pada tahun 2005 yang di rilis oleh Edelweiss Records. Bleeding Spell Fanzine juga sempat beredar tiga edisi yakni tahun 1997, 1998 dan 1999.
Untuk saat ini band-band Purwokerto yang masih eksis dan sering tampil di event-event metal yaitu Pernicious Hate, Burning Dog, Sacrefixx dan Agains. Purwokerto juga sudah mulai ramai dengan event-event metal. Walaupun ¾ Tahun belakangan ini sempat sepi karena tidak ada event, karena tidak ada penyelenggaranya.
Pada Tanggal 4 Juli 2010 Bleeding Spell membuat project yang termasuk project impian. Pada saat itu Bleeding Speel membuat event 11th Anniversary Pernicious Hate dengan biaya yang lumayan besar untuk event di Purwokerto. Karna event ini di selenggarakan di Defron Café Outdoor dengan panggung Rigging dan Sound System yang berkualitas, penyelenggara event dan metalhead pun sangat puas dengan event ini, terutama Pernicious Hate dan band-band pendukung di dalamnya karna mereka sangat nyaman tampil di event tersebut.
BANDUNG UNDERGROUND
SALAH BESAR JIKA MENGANGGAP BANDUNG UNDERGROUND HANYA SEBUAH
SCENE ATAU SUBKULTUR. IA TELAH MENJELMA JADI PENANDA JAMAN KETIKA GAIRAH
BERMUSIK DIMANIFESTASIKAN KE DALAM SEMANGAT PEMBERONTAKAN TERHADAP
KEMAPANAN, KEBERSAMAAN UNTUK MENGATASI KETERBATASAN, SERTA EKSISTENSI
DIRI.
BARUDAK Bandung selalu punya cara tersendiri untuk
berinteraksi dengan jamannya. Generasi Gito Rollies dan Deddy Stanzah,
misalnya, menunjukkan spirit pemberontakan mereka dengan menganut gaya
hidup urakan-ugal-ugalan. Sambil, tentu saja, tidak lupa berlaku-pagu
via musik. Dan rock ‘n roll dipilih menjadi rel untuk menghela gerbong
gejolak jiwa mereka.
Generasi Gito Rollies dikenal sangat badung. Tapi faktanya prestasi
mereka dalam bermusik sangat istimewa. Itulah yang menyebabkan
kebadungan mereka bisa ditolerir sejarah. Bahkan sejarah malah berbalik
menyanjung mereka sebagai figur-figur prestisius.
Lebih-kurang dua dekade setelah era keemasan angkatan Gito Rollies
dan Deddy Stanzah berlalu, generasi muda Bandung menganut cara lain
dalam menunjukkan eksistensinya. Ketika ruang arusutama didominasi
kemestian bernama komodifikasi yang selalu berbaju proyeksi mengejar
keuntungan materi semata — sehingga tidak memberi spasi memadai buat
spirit lain di luar itu, mereka memilih jalan lain dalam mengekspresikan
letupan-letupan liar dalam benak mereka. Letupan-letupan itu awalnya
mengecambah secara sendiri-sendiri di titik-titik tertentu. Maka
kemudian, tumbuhlah beberapa kantung komunitas. Sekadar menyebut, ada
komunitas TU yang biasa nongkrong di Jalan Teuku Umar. Band-band semacam
Balcony atau Take A Stand mengerek komunitas ini. Komunitas ini kemudian melahirkan kompilasi historikal bertajuk Brain Baverages.
Ada juga komunitas Balkot yang doyan nangkring di Balai Kota Bandung.
Di samping fokus pada musik, mereka ini punya kecenderungan mengakrabi
olahraga ekstrem skateboarding. Mungkin ini ada kaitannya dengan saujana
Balkot yang memang cukup asoy dijadikan tempat bermain papan luncur.
Bahkan di kemudian hari komunitas ini mengidentifikasikan diri sebagai
salah satu scene yang meletakkan fondasi subkultur skateboarding di kota
kembang.
Sampai kemudian di era mutakhir awal 2000-an, masih di Balkot, muncul
pula komunitas lain bernama Kolektif Balkot Jam Lima Sore. Komunitas
yang bersulih nama menjadi Balkot Terror Project ini adalah sebuah
gerakan kolektif yang dibangun secara sel dengan semangat memelihara
kemurnian ideologi bermusik. Di mata mereka, betapa pun arus
komodifikasi terhadap scene sudah sedemikian dahsyat dan merongrong
idealisme, gelombang komersialisasi tetap harus dilawan dengan segenap
upaya (catatan: untuk Kolektif Balkot Jam Lima Sore akan dibahas dalam
tulisan khusus).
Semangat D.I.Y (Do It Yourself) pun jadi pilihan. Mereka menggelar
gigs atau mengeluarkan rilisan — baik album maupun newsletter — secara
permana dan murni swadaya. Gigs digelar dengan cara kolektif, dalam arti
setiap band yang main harus urunan untuk sekadar menyewa alat musik dan
tempat. Sebuah solusi yang kemudian jadi pilihan ketika minta ijin
untuk menggelar acara sepelik mencari jarum di padang ilalang. Sementara
rilisan dikemas sesederhana mungkin, nu penting kumaha carana lagu uing
bisa didengekeun ku batur. Pola penggandaan CD dengan menggunakan
personal komputer pun kerap ditempuh dan lantas dijual dengan harga:
ceban!!!
Jangan lupakan pula sekelompok pengusung idealisme dan ideologi punk
yang sampai sekarang tetap panceg dina galur berinteraksi dengan
sejawatnya di sekitar kawasan perbelanjaan Bandung Indang Plaza (BIP).
Jangan pernah menganggap sepele kontribusi mereka dalam meletakkan
fondasi Bandung Underground. Salah satu gigs bersejarah bernama
Gorong-Gorong Bandung dicetuskan Dadan Ketu, salah seorang peretas
komunitas tersebut.
Bukan hanya gigs Gorong-Gorong, Dadan Ketu bersama PI Crew — nama
lain dari komunitas BIP — menancapkan pula tonggak lain bernama Bandung’s Burning.
Sebuah rilisan berisi kompilasi sejumlah band punk yang mencatat sukses
luar biasa. Band-band seperti Jeruji, Runtah, The Bollocks, atau
Keparat, harus diakui, terkerek namanya berkat kompilasi yang dirilis
menggunakan label Riotic Records itu.
Dan voila… komunitas paling fenomenal tentu saja Ujungberung Rebel.
Komunitas ini tumbuh sedemikian rupa jadi kisi-kisi penting harakah
musik bawah tanah kota kembang. Tidak hanya komitmen tinggi panceg dina
galur memainkan musik-musik ultragaduh, di sana juga ada geliat ekonomi
kreatif-kerakyatan mulai dari jualan kaus, tukang sablon, sampai
mendirikan perusahan rekaman independen yang sangat marak. Harus kita
akui, komunitas inilah yang mencancapkan fondasi, pengaruh, dan
kontribusi paling besar terhadap Bandung Underground.
Tak bisa dipungkiri, kantung-kantung komunitas itulah yang menjadi
noktah-noktah penyangga dari sebuah fenomena bernama Bandung
Underground. Sebuah fenomena peradaban yang gaungnya kini tidak hanya
terdengar di ranah nasional, melainkan juga sudah merambah sampai ke
mancanegara. Sayangnya, subkultur ini harus menjalani masa-masa paling
sulit sejak awal 2008. Tepatnya selepas tragedi AACC yang ditandai
meregangnya sebelas orang nyawa dalam acara peluncuran album perdana
Beside.
Satu hal penting yang mesti digarisbawahi, betapa pun identik dengan
band-band bising, keliru juga jika kita menganggap Bandung Underground
melulu dihuni dan dibesarkan oleh band-band punk, hardcore, metal, jeung
sajabana. Sejumlah godfather yang meletakkan fondasi Bandung
Underground justru tidak memainkan musik metal. Sebut saja Richard
Mutter. Bersama Yukie, Bengbeng, dan Trisno di Pas Band, Richard tidak
memainkan metal sefrontal yang diperagakan Sonictorment, Forgotten, atau
Jasad. Demikian pula dengan Pure Saturday yang sampai saat ini tetap
dianggap sebagai salah satu peletak tiang pancang eksistensi Bandung
Underground. Ada pula band indiepop klasik seperti Kubik atau Cherry
Bombshell.
Meski demikian, kita tidak bisa menyalahkan persepsi khalayak jika
Bandung Underground diidentikan dengan band-band bising. Sebab, salah
satu momen yang membuat istilah Bandung Underground berkibar kencang
seperti sekarang memang berkat imbas kesuksesan sebuah gigs metal
bernama Bandung Underground.
KELAHIRAN
Sebuah literatur menyebutkan, istilah underground sudah dipakai di Majalah Aktuil pada 70-an. Istilah itu muncul untuk mendeskripsikan sebuah gaya bermusik dengan memainkan lagu-lagu kencang yang substansinya amat sarat dengan perlawanan terhadap sistem nan mapan. Tentu saja saat itu istilah Bandung Underground belum muncul atau setenar sekarang. Meski demikian, kota kembang tetap mengirimkan wakilnya ke garda depan saat khalayak bicara musik underground. Ada grup bernama Super Kid dan Giant Step, dua band legendaris yang sangat diperhitungkan dalam sejarah rock tanah air. Mereka dianggap ‘gerilyawan’ pengacau patron industri musik tanah air yang saat itu didominasi lagu-lagu pembangkit buluh perindu.
Sebuah literatur menyebutkan, istilah underground sudah dipakai di Majalah Aktuil pada 70-an. Istilah itu muncul untuk mendeskripsikan sebuah gaya bermusik dengan memainkan lagu-lagu kencang yang substansinya amat sarat dengan perlawanan terhadap sistem nan mapan. Tentu saja saat itu istilah Bandung Underground belum muncul atau setenar sekarang. Meski demikian, kota kembang tetap mengirimkan wakilnya ke garda depan saat khalayak bicara musik underground. Ada grup bernama Super Kid dan Giant Step, dua band legendaris yang sangat diperhitungkan dalam sejarah rock tanah air. Mereka dianggap ‘gerilyawan’ pengacau patron industri musik tanah air yang saat itu didominasi lagu-lagu pembangkit buluh perindu.
Super Kid dan Giant Step tidak sendirian dalam meletakkan fondasi
musik ala bawah tanah. Ada AKA dan SAS dari Surabaya, Terencem dari
Solo, sampai grup rock paling legendaris di tanah air, God Bless, yang
mengibarkan bendera ibu kota. Dan kita sama sekali tidak bisa
memungkiri, merekalah yang meletakkan kisi-kisi subkultur bermusik ala
underground. Setidaknya mereka telah mengajak generasi muda untuk
memberontak terhadap nilai-nilai kolot yang mengungkung kreativitas.
Beruntunglah, apa yang mereka bangun tidak sampai kehilangan benang
merah terhadap generasi setelahnya. Khususnya di Bandung, apa yang sudah
diretas The Rollies, Super Kid, atau Giant Step, diteruskan oleh
anak-anak muda generasi 90-an. Salah satu embrio terpenting scene
Bandung Underground diyakini lahir dari Studio Reverse, yang terletak di
daerah Sukasenang. Adalah Richard Mutter dan Helvi, dua figur penting
di balik lahirnya Reverse. Studio ini dianggap penting bukan hanya
karena menyediakan tempat berlatih buat band-band bising. Reverse
memegang peran krusial dalam sejarah Bandung Underground saat mendirikan
distro yang menyediakan pernak-pernik musik dari mancanegara. Kaset,
CD, kaos, poster, dan lain-lain, tersedia di sana. Dengan cara itu,
ibaratnya, Reverse membukakan jalan bagi para scenester untuk
bersinggungan dengan dunia luar.
Richard kemudian menindaklanjuti sumbangsih penting buat scene dengan
mendirikan Pas Band dan label rekaman independen dengan nama unik,
40.1.24. Pas Band ditahbiskan sebagai grup munggaran di Indonesia yang
merilis album secara independen pada 1993. Album mereka bertajuk Four
Through The S.A.P mencuri perhatian setiap orang yang punya gendang
telinga tebal dan tak heran bila 5000 keping kasetnya tandas diburu
orang dalam waktu satu setengah kejap.
Empat tahun kemudian, masih dengan bendera 40.1.24, Richard juga
merilis sebuah mahakarya kompilasi yang diberi tajuk
Masaindahbangetsekalipisan. Kompilasi ini layak disebut mahakarya bukan
hanya karena memuat band-band anjisuranjis-edunsuredun macam Burgerkill
dan Puppen, tapi juga menyodorkan sebuah inisiasi kepada publik mundial
bahwa aing ge bisa nyieun nu kieu!
Tanpa konsep distribusi yang muluk dan ribet, gaung Four Through The
S.A.P dan Masaindahbangetsekalipisan tembus ke mana-mana. Pada waktu
bersamaan, sebuah stasiun radio yang tak kalah anjisuranjis-edunsuredun
bernama GMR (singkatan dari Generasi Muda Radio), tengah mengibarkan
bendera ke angkasa dengan sekencang-kencangnya. Peran Radio GMR sangat
krusial sebagai media penyambung antara band dan anak muda bergendang
telinga tebal. Inilah radio yang secara konsisten menyediakan
frekuensinya untuk disesakki musik-musik bising melulu. Lagu-lagu dari
kedua album tersebut nyaris saban hari menderu-deru di frekuensi 104.4
FM.
Ketika spasi buat musik ultragaduh di tempat lain masih sangat
dikebiri, GMR dengan lantang memutar lagu-lagu dari band dengan
nama-nama asing. Bukan hanya rilisan dari band lokal, tapi juga grup
dari luar negeri. Radio inilah yang membuat barudak kota kembang cepat
akrab dengan grup seperti Carcass, Benediction, Gorfest, dan sejibun
band inspiratif lain. Sebuah kondisi yang tak terjadi di tempat lain.
GMR juga punya kepedulian maksimal jadi media publikasi verbal
rilisan-rilisan lokal. Bahkan rilisan amatir pun mereka mau
memutarkannya (Catatan: tentang GMR akan dibahas khusus pada bagian
lain).
SCENE
Di antara sejumlah faktor yang membuat Bandung Underground cepat besar, komunitas adalah faktor yang sangat penting — kalau tidak boleh menyebut paling penting. Merekalah yang menyemai embrio dan memeliharanya agar terus hidup di antara himpitan setumpuk persoalan.
Di antara sejumlah faktor yang membuat Bandung Underground cepat besar, komunitas adalah faktor yang sangat penting — kalau tidak boleh menyebut paling penting. Merekalah yang menyemai embrio dan memeliharanya agar terus hidup di antara himpitan setumpuk persoalan.
Walaupun dianggap sebagai ikon komersial, pusat pertokoan Bandung
Indah Plaza (BIP) ternyata punya peran penting dalam sejarah Bandung
Underground. Tempat ini jadi kilometer nol kelahiran sebuah komunitas
sangat klasik yang menamakan diri Bandung Death Metal Area alias
Badebah. Komunitas ini lahir di tangan para penggila thrash, death
metal, dan grindcore. Prokalamator komunitas ini adalah Uwo, vokalis
band Funeral asal Sukaasih, Ujungberung. Di samping Funeral, para
personel band Jasad dan Necromancy juga secara intens menggerakkan scene
ini.
Babedah tumbuh tanpa disekat perbedaan aliran musik, sebab kemudian
barudak dari bermacam latar belakang pun turut bergabung. Bendera
Badebah makin berkibar setelah dijadikan program siaran di Radio Salam
Rama Dwihasta yang bermarkas di Sukaasih, Ujungberung. Di tangan kuartet
penyiar Agung-Dinan-Uwo-Iput, program ini mengudara pada rentang 1992
hingga 1993 dan sertamerta jadi primadona. Ukurannya sederhana: 200
sampai 300 pucuk kartu pos mampir ke markas Radio Salah Rama Dwihasta
saban pekan. Eusina macem-macem, mulai menta lagu nepi ka nitip salam
keur dulur nu lain.
Di tempat berbeda, barudak lain juga membangun komunitas
masing-masing atau bergabung dengan komunitas yang sudah terbentuk. Para
scenester tidak hanya menjadikan komunitas-komunitas ini sebagai tempat
nongkrong. Mereka juga menjadikan komunitas sebagai sarana untuk
membangun jejaring dan mengembangkan ide.
Barudak Ujungberung lagi-lagi berada di garda depan. Di sebuah studio
musik bernama Palapa, insting bergaul hanya untuk jadi ajang nongkrong
pengisi waktu senggang, pelahan-lahan dikoreksi sehingga membuahkan
hasil yang lebih produktif. Setelah ritual nongkrong sudah dianggap
mentok dan tidak menghasilkan apa-apa, mereka kemudian membentuk Extreme
Noise Grinding (ENG). ENG sukses membuka jaringan ke mana-mana, sampai
ke luar kota bahkan mancanegara.
ENG membuat konsep berkomunitas jadi lebih terarah. Salah satu
sumbangsih terbesar ENG adalah gigs metal yang sangat fenomenal bernama
Bandung Berisik. Zine Revograms yang dirilis kali pertama pada Maret
1995 bisa menghajar mata scenester juga berkat ENG. Revograms sangat
inspirasional karena jadi zine underground munggaran di tanah air.
Kelebihan ENG ada pada kemampuannya memberdayakan lingkungan. Mereka
tidak hanya menempa anggota komunitas dalam hal bagaimana bermusik yang
baik. Alhasil, ENG sanggup ngigelan jaman. Scene ini kemudian bersulih
rupa jadi Homeless Crew yang sangat identik dengan Ujungberung. Nama
Homeless Crew dicetuskan Ivan Scumbag sebagai manifestasi penolakan
terhadap (lagi-lagi) kemapanan.
Tahun 1997, sejumlah band yang aktif di Homeless Crew sepakat merilis kompilasi Ujungberung Rebels
yang ultrahistorikal di bawah bendera Independen Records. Kompilasi ini
tak memuat hal lain kecuali musik ultragaduh dari band-band edan yang
di kemudian hari semuanya jadi metalhead. Sedemikian historikalnya
Ujungberung Rebels, sehingga tak ada satu pun band yang ikut dalam
kompilasi ini yang tidak menjadi legenda. Tak heran bila publik
menjadikan kompilasi ini sebagai salah satu relief sejarah terpenting
Bandung Underground.
Saking besarnya efek kompilasi Ujungberung Rebels, barudak Homeless
Crew pun kadang disebut Ujungberung Rebels. Sampai sekarang, komunitas
ini tanpa henti melahirkan band dan musik yang mematikkan.
GIGS
Bandung Underground mencapai puncak kejayaan ketika GOR Saparua secara berkala menggelar gigs. Inilah tempat yang menjadi titik api Bandung Underground. Semangat bermusik yang diusung masing-masing komunitas mengalir dan bermuara ke GOR Saparua. Di sinilah nama-nama angker seperti Puppen, Jasad, Forgotten, Burgerkill, Jeruji, Blind to See, Balcony, Turtle Jr., Koil, dan sederet nama lain, dibaptis jadi wakil generasi terbaik Bandung Underground.
Bandung Underground mencapai puncak kejayaan ketika GOR Saparua secara berkala menggelar gigs. Inilah tempat yang menjadi titik api Bandung Underground. Semangat bermusik yang diusung masing-masing komunitas mengalir dan bermuara ke GOR Saparua. Di sinilah nama-nama angker seperti Puppen, Jasad, Forgotten, Burgerkill, Jeruji, Blind to See, Balcony, Turtle Jr., Koil, dan sederet nama lain, dibaptis jadi wakil generasi terbaik Bandung Underground.
Nonton gigs di GOR Saparua lantas menjadi ritus wajib bagi para
scenester. Saban akhir pekan GOR tersebut ibarat muara tempat bertemunya
berbagai kepentingan, mulai dari vokalis band yang hendak merentang
otot leher, pagawai drum yang gatal ingin menghajar snar
sekencang-kencangnya, sampai hasrat penonton yang ingin memeras keringat
di dalam GOR Saparua yang ventilasinya teu bisa disebut alus. Dan
jangan lupakan satu hal, di sana ada pula geliat ekonomi. Sebab,
faktanya sejumlah gigs di GOR Saparua berhasil mengeruk keuntungan
materi yang lumayan. Belum lagi kiprah para penjaja makanan dan minuman
ringan serta calo tiket.
Yeahhh… Saparua kadung identik dengan Bandung Underground, padahal
gigs serupa sebenarnya kerap pula dihelat di tempat lain. Semuanya
berawal dari Hullaballo I yang digelar pada 1994. Inilah tombol pelatuk
yang memicu pentas-pentas musik underground. Bandung Underground,
Gorong-Gorong, Campur Aduk, Bandung Berisik, Boomer Underground, atau
Master of Underground, tak akan mudah dilupakan siapa pun yang pernah
menyaksikannya. Bayangkan, GOR Saparua yang kapasitasnya tidak seberapa,
penuh sesak sampai teu bisa usik saat pentas-pentas tersebut digelar.
Namun saat GOR Saparua semarak dengan gigs edan, di sisi lain terjadi
sebuah ironi. Hegemoni band-band seperti Burgerkill atau Puppen
(sekadar menyebut nama) atas panggung GOR Saparua, membuat banyak grup
kecil tak memperoleh kesempatan memadai untuk mengecap sangarnya beraksi
di sana.
Sebagai bentuk perlawanan, kemudian lahirlah pola gigs kolektif di
awal 2000-an. Band yang tak kunjung mendapat kesempatan tampil di GOR
Saparua, berinisiatif menggelar gigs mandiri. Caranya, setiap band yang
mau tampil urunan sejumlah uang. Uang yang terkumpul lalu dijadikan
modal untuk menyewa alat dan tempat. Di sana mereka main sepuasnya dan
memekikkan kalimat: gigs aing kumaha aing!
Karena kadung mengusung semangat D.I.Y, tiket dijual dengan banderol
pikaseurieun. Ada gigs yang menjuat tiket dengan harga dua rebu perak.
Dan biasanya tiket dijual tidak terlalu lama. Setelah itu, penonton bisa
ngabres bebas asup.
Masa keemasan GOR Saparua langsung menguap saat pemerintah kota tidak
lagi memberi ijin menggelar pertunjukkan di sana. Praktis, barudak
Bandung pun kesulitan mencari tempat untuk menggelar pentas. Pola gigs
kolektif pun kian mendapat angin. Jika sebelumnya menyewa tempat-tempat
murah seperti gudang tak terpakai atau garasi mobil rumah seorang kawan,
polanya kemudian beralih dengan cara menyewa studio musik. Uangnya
lagi-lagi hasil urunan band yang tampil. Gigs semacam ini biasa disebut
studio show. Studio Jawara di bilangan Jalan Lengkong Besar hampir tiap
pekan merelakan ruangan sempitnya dipakai pogo dan anjrut-ajrutan. Juga
Studio Grama di Jalan Cihampelas dan Studio Elang di dekat kawasan
Bandara Husen Sastranegara.
Pola gigs kolektif atau studio show semakin jadi pilihan paling
realitis setelah meletus Tragedi AACC pada 9 Februari 2008. Sebelas anak
muda tewas dalam acara peluncuran album Beside. Inilah titik nadir
sejarah gigs Bandung Underground. Untuk beberapa waktu acara musik
bising di kota kembang seperti mati suri.
Meski demikian, semangat untuk menggelar acara tak pernah padam hanya
gara-gara pemerintah memberlakukan ketentuan ekstra ketat dalam
mengeluarkan ijin pagelaran. Setahun berselang, pelahan-lahan sejumlah
komunitas mulai bisa menggagas dan menggelar kembali gigs skala besar.
Salah satu yang tetap langgeng adalah Death Fest, kendati dalam dua kali
pagelaran harus dilaksanakan di kompleks tentara. Bahkan memasuki tahun
2011, gigs metal pelahan-lahan kembali semarak, termasuk bangkitnya
Bandung Berisik yang sudah tertidur selama lima tahun.
RILISAN
Ketika hasrat menggelar gigs terbentur bermacam hal, semangat merilis karya musik tetap tumbuh subur. Meski di lain pihak, seperti dikatakan empunya Riotic Record Dadan Ketu, “Ngarilis album band underground mah tong ngarep untung! Ieu mah urusan hate!”.
Ketika hasrat menggelar gigs terbentur bermacam hal, semangat merilis karya musik tetap tumbuh subur. Meski di lain pihak, seperti dikatakan empunya Riotic Record Dadan Ketu, “Ngarilis album band underground mah tong ngarep untung! Ieu mah urusan hate!”.
Dalam hal ini, sekali lagi, kita harus berterima kasih kepada Richard
Mutter dengan label 40.1.24-nya yang telah merilis kompilasi
Masaindahbangetsekalipisan pada 1993. Inilah rilisan yang menginspirasi
siapa pun tanpa kecuali.
Tapi, jangan pernah lupakan kompilasi Injak Balik yang dirilis pada
1997 dalam bentuk piringan piringan hitam oleh label asal Perancis, Tian
An Men 89 Records. Popularitasnya memang tidak semenjulang
Masaindahbangetsekalipisan atau Ujungberung Rebel, namun rilisan yang
hanya dicetak 500 kopi ini layak digolongkan sebagai tonggak sejarah.
Injak Balik memuat lagu dari Puppen, Runtah, Jeruji, Piece of Cake,
Deadly Ground, Savor of Filth, Turtles Jr., dan All Stupid. Dan yang
terpenting, Injak Balik asilnya bisa didengarkan dengan gramafon karena
berformat vinyl. Sebuah sensasi luar biasa buat siap pun yang
memilikinya!
Tahun 1997, Riotic Records mengeluarkan Bandung’s Burning-Bandung
Punk Rock Storm Volume 1 yang menghajar gendang telinga dengan suguhan
rawk dari sederet band ikon punk seperti Keparat, Jeruji, Runtah, Rotten
to the Core, Turtle Jr., Total Riot, dan The Bollocks. Tiga belas tahun
berselang, Bandung’s Burning Volume 2 dirilis. Kali ini dengan semangat
perlawanan lebih gigih.
Sebuah kompilasi yang sangat eksklusif karena hanya digandakan
seratus keping turut mewarnai generasi pertama Bandung Underground.
Album tersebut diberi tajuk Bandung Holocaust, kompilasi sederet band
crustcore, dirilis Holocaust Records pada 1997.
Dari kubu indiepop, Fast Forward (FFWD) Records, yang kebetulan milik
Helvi, tak mau kalah langkah. Bahkan label ini sudah merintis rilisan
band dari luar negeri sejak 1999. The Chinkees dari Amerika, Cerry
Orchard (Perancis), dan 800 Cheries, adalah gelombang pertama band dari
mancanegara yang albumnya didistribusikan FFWD di pasar lokal. FFWD
secara konsisten mempertahankan gayanya sampai sekarang.
Oh ya… bicara soal rilisan, jangan kesampingkan Extreme Soul
Productions (ESP). Menggunakan nama ESP Records, label milik Iwan D ini
sudah mulai merintis album-album dari band beraliran deathmetal dan
sebangsanya sejak 1996. Baik band luar negeri, terlebih lagi grup
domestik. Salah satu produk prestisius dari ESP adalah kompilasi
band-band ultragaduh bertajuk Brutally Sickness. Sempat tertidur
beberapa waktu, Iwan kembali membesut ESP sejak 2009.
Di samping kompilasi, sejak Puppen melepas This Is Not a Puppen EP
dan Pas Band merilis Four Through The S.A.P, rilisan album dari
band-band lain tak pernah berhenti mengalir. Sampai detik ini. Demikian
pula dengan label rekaman, tak kalah semarak dengan kemunculan grup-grup
musik anyar. Yang paling mutakhir adalah Rottrevore Records yang gigih
menjembatani kinarya grup-grup metal untuk kemudian menjadikannya sebuah
produk yang bisa menyelusup ke balik gendang telinga.
ZINE, LITERATUR, KAOS
Jika Reverse dan label 40.1.24 jadi pionir dalam urusan rekaman, maka fondasi penting dalam hal literasi adalah Revograms. Adalah Dinan — vokalis Sonic Torment — yang membidani kelahiran zine ini tahun 1995. Inilah batu pertama budaya literasi Bandung Underground yang menginspirasi terbitnya puluhan, bahkan ratusan, newsletter di kemudian hari.
Jika Reverse dan label 40.1.24 jadi pionir dalam urusan rekaman, maka fondasi penting dalam hal literasi adalah Revograms. Adalah Dinan — vokalis Sonic Torment — yang membidani kelahiran zine ini tahun 1995. Inilah batu pertama budaya literasi Bandung Underground yang menginspirasi terbitnya puluhan, bahkan ratusan, newsletter di kemudian hari.
Jika sekarang orang lebih banyak membicarakan Trolley atau Ripple
sebagai bagian penting budaya literasi Bandung Underground, itu karena
dua zine ini lahir dalam kemasan aduhai. Berbeda dengan kebanyak zine
yang hanya foto kopian. Padahal di luar Trolley atau Ripple, terlalu
banyak zine bagus yang sangat berpengaruh. Sebut saja Tigabelas,
Membakar Batas, atau Beyond Barbed Wire yang sangat provokatif itu.
Belakangan budaya tulis mulai menapaki undakan lebih baik dengan
berdirinya toko-toko buku keren seperti Tobucil, Ultimus, Rumah Buku,
dan Omuniuum. Bahkan kemudian muncul pula Minor Books, sebuah penerbitan
yang digagas orang-orang gila dengan komitmen gila pula. Satu
masterpiece Minor Books adalah buku biografi Ivan Scumbag berjudul
Myself: Scumbag Beyond Life and Death karya Kimung yang terbit pada
2007.
Semangat mengekspresikan ghirah bermusik ke dalam bentuk literatur
berbanding lurus dengan geliat ekonomi di bidang merchandise band, dalam
hal ini kaos. Industri clothing yang tumbuh secara masif membuat band
mudah meliris merchandise. Dibanding album musik atau zine, harus
diakui, merilis merchandise adalah cara paling pragmatis untuk
menyambung napas band itu sendiri.
Pada akhirnya, Bandung Underground memang bukan sekadar musik
ultragaduh, rilisan album, zine, atau lain-lain. Lebih dari itu, Bandung
Underground adalah lapangan tempat menyiasati hidup yang kadung
disumpeki setumpuk sistem yang kadang tidak cocok dengan keinginan ideal
kita. Tapi bukankah itu sebuah kesadaran yang tak boleh padam, agar
Bandung Underground terus langgeng ti baheula nepi ka ayeuna jeung
salawasna! Hail yeahhh!!! (Disarikan dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment