DEATH VOMIT TAMPIL BERINGAS. DEAD SQUAD MENYODORKAN TIPS KECIL TENTANG BAGAIMANA MENAMBAH GREGET PANGGUNG.
MUSIK kita makin menunjukkan bisa menjadi tuan rumah
di tanah sendiri. Gambaran itu kembali tersaji di gis Save Our Future:
And Tribute For All yang digelar di Yon Armed 4, Cimahi, Minggu (18/9).
Sejumlah band dari kota lain tidak ada yang tidak mengaku takjub dengan
antusiasme yang mereka saksikan di depan panggung.
“Dulu saya termasuk yang turut jadi saksi bagaimana luar biasanya
scene Bandung Underground. Dan sekarang scene ini masih luar biasa,”
tutur Iik, gitaris/vokalis Betrayer, yang ditemui selepas manggung.
“Saya tidak heran dengan apa yang saya saksikan malam ini. Saya tahu
scene metal di Bandung tidak ada duanya di negeri ini. Death Vomit
sangat beruntung bisa kembali mendapatkan kesempatan main di sini,”
ungkap Roy Agus, drumer Death Vomit.
Kecuali sempat terhenti karena hujan, Save Our Future berlangsung
sesuai dengan harapan. Gigs ini juga mencatat rekor dari segi durasi.
Biasanya gigs sudah kelar sekitar pukul 22.00 WIB. Namun, rehat akibat
hujan menyebabkan durasi molor luar biasa. Bahkan Dead Squad terpaksa
memangkas jatah lagu mereka dan terpaksa menyudahi aksi karena waktu
sudah menginjak pukul 00.00 WIB.
Secara keseluruhan, pengemasan Save Our Future layak disemati label
keren. Sistem suara sangat memadai. Kualitas panggung juga di atas
rata-rata gigs yang biasa digelar di Yon Armed. Penyelenggara rupanya
sadar betul Save Our Future bakal jadi altar tempat band dari kota lain
beraksi.
Seperti gigs lain, Save Our Future mencapai titik klimaks selepas
Maghrib. Ada aksi Betrayer yang sudah sekian lama tidak manggung di
sini. Tapi, menu yang disajikan Betrayer rupanya ‘hanya’ jadi hidangan
pembuka buat Terror Bleeding yang tampil berikutnya.
Tak percuma Terror Bleeding menyulih musik mereka dari death metal ke
black metal. Karakter death metal yang sebelumnya biasa mereka mainkan,
membuat black metal ala Terror Bleeding jadi sangat bertenaga. Jika
diberi kesempatan menghajar panggung lebih banyak, mereka nicaya bakal
jadi band besar di kemudian hari. Sekaligus menghela gerbong black metal
yang belakangan mulai dipacu agar melaju lebih kencang di gigs musik
bawah tanah kota ini.
Setelah Terror Bleeding, penonton disuguhi Infamy yang seperti biasa
tampil sangat impresif. Sempat diselingi Maelstrom yang menyuguhkan
death metal klasik, penonton dibuat terkejut karena The Cruel ternyata
bisa tampil. Sebelumnya Butche Mario dan kawan-kawan sempat menyatakan
urung tampil di Save Our Future karena gitaris mereka menderita sakit.
“Tapi, demi kalian, gitaris kami memaksakan diri untuk tampil,” teriak
Butche sebelum memulai aksi The Cruel.
The Cruel jadi penampil yang menyuguhkan menu spesial. Selain
membawakan satu lagu dari Malevolent Creation, mereka menutup aksi
dengan sebuah kolaborasi memikat dengan grup hiphop Eyefeelsix. Mereka
membawakan lagu klasik milik Helmet, Just Another Victim.
Suhu sedikit menurun ketika ESA tampil setelah The Cruel dengan
suguhan rock. Dan itu dimanfaatkan penonton untuk menyimpan tenaga buat
empat penampil terakhir yang sudah pasti butuh energi tidak sedikit.
Dajjal langsung menebar kegilaan begitu Barock tampil di atas panggung.
Mereka menghajar adrenalin penonton tanpa ampun. Barock menutup aksi
Dajjal dengan melompat dari atas panggung ke tangah-tengah penonton.
Siksa Kubur mengulangi kengerian yang sempat mereka tebarkan sepekan
sebelumnya di tempat yang sama dalam acara Cimahi Bergetar 5. Secara
sadar malam itu mereka sengaja tidak memainkan lagu-lagu yang sudah
disuguhkan di Cimahi Bergetar. Tentara Merah Darah yang jadi lagu wajib Siksa Kubur, dicoret dari song list.
Sayang, Siksa Kubur harus mengurangi satu dari tujuh lagu yang hendak
mereka geber. Tapi, hal itu sama sekali tidak mengurangi kegagahan
Japra dan kawan-kawan. Band asal timur Jakarta ini menutup aksi dengan Pasukan Jiwa Terbelakang.
Penampil berikutnya, Death Vomit, seolah tahu apa yang harus
dilakukan. Band asal Yogyakarta ini tampil sangat luar biasa. Kemasan sound yang mereka racik cukup dijadikan landasan untuk menyebut Death Vomit sebagai penampil terbaik di Save Our Future.
Akan tetapi, band yang tampil terakhir sudah pasti jadi alasan utama
mengapa penonton berbondong-bondong meluruk Yon Armed hari itu. Sempat
diganggu persoalan teknis pada mixer, Dead Squad mafhum apa yang harus dilakukan sebagai penampil terakhir.
Bahkan malam itu Dead Squad memberi pelajaran kecil buat kita tentang
bagaimana menambah greget penampilan. Bukan hanya menyiapkan teknis
tata-suara sebaik mungkin, mereka juga sengaja memboyong dua buah backdrop
yang ditaruh di kanan dan kiri. Untuk sebagian orang, aspek ini boleh
jadi sepele. Tapi untuk beberapa orang, apa yang dilakukan Dead Squad
menjadi sangat berarti, terutama bagi para pekerja media.
Untuk urusan latar panggung, panitia juga telah menempuh tindakan keren. Gambar backdrop
hanya diisi nama acara. Tidak seperti kebanyakan gigs yang menempelkan
seluruh penampil berikut jejeran sponsor. Dan ini membuat mata terasa
nyaman melihat seluruh aksi band, baik yang tampil siang maupun malam.
Siyahhh on next gigs, Familia!!!
No comments:
Post a Comment