Monday, September 26, 2011

Karawang Metal Fest #3 "Siapa Bilang Kami Sudah Mati..?"

Saya mohon maaf sebelumnya karena baru ngereview acara Karawang Metal Fest #3 minggu 18 September 2011, ok langsung aja bray…!!

 
Seperti biasa acara molor sampai 12.30 siang dari semula di jadwalkan pukul 10.00, di karenakan kurang  professionalnya band peserta yang bermain di awal acara, kurang lebih hampir pukul  13.00 acara baru di mulai walau cuaca agak panas (bukan agak lagi tapi puuanass), pada akhirnya Opposite Day salah satu band Hardcore karawang membuka gelaran Karawang Metal Fest #3 dengan mengusung 3 buah lagu, di lanjutkan dengan Fuck My head.

Cuaca agak redup dan awan menjadi mendung yang cuma sebentar dan hujan pun tak jadi turun.. huh.. (tapi repot juga kalo hujan), disusul oleh Karat (Bukan Karinding Attack-Bandung) dengan kostum bertopeng, setelah Karat  ada The Last Burning di belakang mereka ada Butterlies dua cover dari Lamb of God di libasnya, di lanjut band dengan nama yang unik Aya Aya Wae yang lumayan membuat penonton berkumpul di tengah-tengah mosh pit. 

Menjelang sore ada Brain Disorder menghantam beberapa cover dari Burgerkill setelah itu ada band brutal death metal dari Jakarta Devour The Damned langsung menghentakan beberapa lagunya, suasana sore dan tidak terlalu panas para metal head di suguhi oleh tontonan kesenian sunda yang di bawakan oleh teman-teman dari Sapu Jagad seperti Celempung, Karinding, Suling yang membuat acara Karawang Metal Fest #3 berbeda dari sebelumnya, selanjutnya ada band deathmetal dari bekasi Decry Victims di ikuti oleh Babi Muntah salah satu band Brutal Deathmetal yang ada di Karawang, di penghujung sore sebelum rehat maghrib ada Symphony Hitam dan setelah itu acara rehat kurang lebih 1,5 jam dan di mulai kembali pukul 19.30 WIB.

Setelah Rehat yang cukup lama acara di lanjut kembali dengan penampilan pertama dari Riewa di geber kembali oleh Jeproot di lanjut oleh Jeritan Iblis  di susul kembali oleh band Old school Hardcore Karedock leunca selanjutnya ada band nyiksa diri di hantam kembali di hari yg sudah semakin gelap oleh Before Tomorrow berlanjut lagi dari penampilan Nerro.

Setelah penampilan dari Nerro penampilan dari Beside band metal dari bandung dengan promo lagu barunya membuat suasana menjadi kian mantap setelah beside ada Pantoera band progressive metal yg di tunggu tunggu dari tadi oleh para metal head karawang dengan single covernya “Jablay From Hell” di lanjut oleh band death metal yg sudah malang melintang di dunia  bawah tanah Kolobos 5 lagu di suguhkan dengan brutal. 

Akhirnya jam sudah menunjukan pukul 10.30 WIB dan Karawang Metal Fest #3 pun berakhir acara yg membuat komunitas di karawang tetap bertahan dan mdah-mudahan acara seperti ini terus berlanjut di daerah-daerah karawang dan sekitarnya sampai ketemu lagi di acara metal fest selanjutnya di kota karawang…. Keep support your local scene… salut buat anak-anak karawang


Burgerkill Sudah Melunasi Semua Kewajiban

MEREKA SUDAH LAYAK DITAHBISKAN SEBAGAI BAND TERBAIK DI TANAH AIR. DAN KEMARIN MEREKA BARU SAJA MELUNASI SEBUAH KEWAJIBAN PENTING.


GOD DAMN… konser itu tidak meleset satu derajat pun dari ekspektasi. Konsep yang digodok dengan sangat anjrittt menghasilkan suguhkan yang anjrittt pula. Histeria massal terus menggelora dari lagu ke lagu. Kaki para begundal pun seperti dipaku di atas rumput Stadion Siliwangi ketika Vicky, Eben, Agung, Ramdhan, dan Andris, menyudahi Venomous Alive tepat ketika jarum jam menjejak di titik 17.30 WIB, Sabtu (24/9) itu. Sebagian dari mereka masih bertahan sampai hari habis ditelan malam, padahal seluruh personel Burgerkill sudah lama menghilang dari atas panggung.

Apa mau dikata, Burgerkill memang sudah lama dikenal sebagai biang kesempurnaan. Mereka seolah-olah tidak pernah membikin sesuatu yang tidak bagus. Album Venomous adalah sebuah katarsis yang sangat elegan untuk menanggalkan identitas lama Burgerkill yang amat lekat dengan sosok Ivan Scumbag, dan bersulih jadi Burgerkill baru yang tidak kalah keren. Dan, suguhan mereka dalam balutan Venomous Alive di Stadion Siliwangi itu boleh diibaratkan sebuah ejakulasi maksimal dalam rangkaian morse seksualitas sejak album pertama itu baru serupa rumor sampai mengejawantah jadi bentuk kepingan CD.

Tentu saja Burgerkill teramat layak merasa puas dengan ejakulasi yang mereka alami di atas rumput Stadion Siliwangi petang itu. Dan pula semua yang hadir, termasuk orang tua dan keluarga besar masing-masing personel. Sebab, dengan Venomous Alive, Burgerkill telah menunaikan satu kewajiban penting sebagai sebuah band besar, yakni menggelar konser tunggal.

Tidak ada sedikit pun spasi yang membuat Venomous Alive harus mendapat kredit negatif. Sebab, kalaupun ada, itu pasti bakal tertutupi oleh aksi tuntas Burgerkill selama dua jam lebih. Penonton seperti merasa masih lapar ketika Burgerkill menyuguhkan santapan terakhir berupa kolaborasi anjisss dengan Arian 13 saat membawakan lagu Atur Aku. Dan itulah tanda-tanda bahwa apa yang mereka sajikan — jika diibaratkan sebuah pesta jamuan makan —- semuanya serba lezat.

Dengan Venomous Alive barangkali Burgerkill tak perlu lagi melakukan apa pun untuk tetap mempertahankan imej mereka sebagai band metal terbaik sepanjang masa di negeri ini. Namun, bukan Burgerkill jika merasa puas dengan apa yang mereka genggang hari ini. “Tentu saja kami sangat sangat sangat puas dengan pencapaian ini. Tapi, kami tidak akan berpuas diri,” ucap Eben usai konser.

Eben kemudian menuturkan sejumlah mimpi yang bakal mereka rajut setelah merilis Venomous dan menggelar ritual istimewa dalam rangka peluncuran album tersebut. Salah satunya ingin mengembangkan sayap Burgerkill jadi band internasional. “Mungkin sudah waktunya kita memikirkan sesuatu yang lebih besar lagi. Kami ingin juga diakui di dunia yang lebih luas,” imbuh Eben.

Lho bukankah selama ini mereka sudah pernah menggelar tur Asia Tenggara dan mengecap panggung internasional seperti Soundwave Festival 2009 serta Big Day Out 2010 di Australia? “Belum! Kami belum puas dengan itu. Kami ingin juga merambah Eropa dan Amerika. Dan kami merasa mampu untuk melakukannya. Hidup itu harus rock n roll, brader. Jika kita tidak merasa yakin dengan kemampuan kita, maka kita tidak akan bisa meraih apa yang kita impikan,” sembur Eben lagi.

SEBUAH PENTAHBISAN

Lalu apa makna paling penting Venomous Alive buat Burgekill? Yeahhh… sosok ini adalah orang paling tepat untuk dijadikan tempat bertanya: Arian 13. Mantan vokalis Puppen yang sekarang mengibarkan penjor Seringai ini termasuk salah satu orang yang ada di samping Burgerkill sejak band ini meniti karir. Tapi, Arian tetaplah ‘orang luar’ yang bisa menyodorkan perspektif lebih obyektif mengenai Burgerkill hari ini, khususnya untuk album Venomous dan Venomous Alive.

“Di mata saya Burgerkill adalah band goreng patut! Sudah itu saja!” ungkap Arian. “Hahahaha… heureuy bray!” tambah Arian sambil tergelak. 

Di mata Arian, Burgerkill sudah memenuhi seluruh aspek untuk ditahbiskan sebagai salah satu band metal terbaik di tanah air. “Apa mau dikata, mereka sudah memiliki dan melakukan semuanya sebagai sebuah band,” cetus Arian. 

Kalaupun ada yang harus dikritik, menurut Arian, adalah soal waktu pencapaian tersebut. “Dari dulu saya sudah yakin Burgerkill akan jadi band besar. Tapi seharusnya mereka sudah mencapai apa yang mereka gapai hari ini ketika umur Burgerkill menginjak bilangan ketujuh. Bukan 16 tahun seperti sekarang,” papar Arian. 

Namun, Arian bisa mentolerir urusan waktu tersebut. Sebab, lanjut Arian, ada sejumlah variabel yang membuat Burgerkill baru bisa mencapai level kesuksesan ketika menginjak usia 16 tahun. “Kita tahu sendiri bagaimana sikap lingkungan kita terhadap band-band seperti Burgerkill. Andai saja Burgerkill tumbuh di habitat yang mampu memberikan dukungan lebih baik, mereka sudah mencapai level kesuksesan seperti ini sepuluh tahun lalu. Masih untung juga Burgerkill punya kekuatan luar biasa untuk menyiasati seluruh persoalan tersebut dan hari ini mereka mencapai titik seperti ini,” terang Arian. 

Jika Burgerkill sudah memiliki dan melakukan semuanya, lalu apa lagi yang harus mereka perbuat di hari esok? “Secara musik mereka tetap harus melakukan perubahan. Tentu saja bukan dalam rangka kompromi, melainkan untuk sebuah tuntutan progres. Sebab bagaimanapun perubahan adalah progres,” tandas Arian.



Hardcore Stage

HARDCORE STAGE MUNGKIN BISA JADI PERETAS UNTUK GIGS LAIN DI TEMPAT INI.
SATU lagi tempat alternatif yang bisa dijadikan venue menggelar gigs. Dan jangan heran jika tempat itu masih bernuansa militer. Setelah Yon Zipur Ujungberung, Yon Armed Cimahi, dan Lapangan Brigif Kujang, satu lagi tempat milik institusi militer yang bisa digunakan untuk menghelat hajat musik bawah tanah.
Hardcore Stage sudah membuktikannya. Panitia mendapatkan Aula Satata Sariksa, Komplek Resimen II, di Jalan Gudang Utara No 9A, Bandung. “Sebelumnya kita hendak menggelar gigs ini di Kampus Universitas Widyatama. Tapi akhirnya dialihkan ke sini,” ungkap Igonk dari Hood Conspirasi yang menggegas Hardcore Stage.
Sesuai dengan tajuknya, gigs ini memang diproyeksikan untuk penggila hardcore. Nyaris seluruh perwakilan band hardcore dari berbagai generasi, memastikan diri untuk ikut ambil bagian dalam gigs ini. Bukan hanya dari, ada enam band dari luar kota yang bakal berbagi keringat di Hardcore Stage.
Nonton gigs di tempat yang relatif baru tentu akan memberi sensasi tersendiri. Be fucking there, Familia!

HARDCORE STAGE
TEMPAT
Aula Satata Sariksa Resimen II
Jln. Gudang Utara No. 94 (dekat Stadion Siliwangi)

WAKTU
Minggu, 25 September 2011
Pukul 11.00 – 21.00 WIB

TIKET
Pre-sale Rp 20.000
On the spot Rp 30.000 (bonus sticker/flyer event)

TICKET BOX PRESALE
Hoods Conspiracy Shop
Arena
Linoleum
Equal
Kehed