Thursday, September 29, 2011

Jakarta Noise Fest #3

Wasted Rockers mempersembahkan
“Jakarta Noise Fest #3″

with:
01. MALAIKAT DAN SINGA [Olympia, Washington, USA]
Bekas personil band Old Time Relijun yang kini bersolo karir. Arrington De Dionyso sejak tahun 2006 sudah merilis empat buah album di bawah “the legendary” K Records, yang dua di antaranya total memakai Bahasa Indonesia, yakni Malaikat dan Singa (2009) dan Suara Naga (2011). Sejak tahun 2009 Arrington tampil dengan nama panggung / maupun nama band Malaikat dan Singa. Musisi no-wave / grime / post-punk / xprmntl hip-hop asal Olympia ini akan tampil di negara yang menjadi salah satu sumber inspirasinya dalam bermusik.

02. KHURUKSETRA [Jakarta]
Proyek tribal / ethnic influenced drone-doom-black-ambient-harsh-noise bentukan personil Kalimayat dan unit dreampop / slow-core Whisper Desire. Kolektif ini sudah beberapa kali tampil di Australia dan Singapura. Pertunjukan terakhir mereka tahun 2009 di Teater Salihara berhasil membuat banyak orang menobatkan diri sebagai penggemar baru Khuruksetra.

Sebuah kelompok musik mahabahaya yang terdiri dari Wukir Suryadi (seorang musisi tradisional asal Malang yang membuat alat musik sendiri yang ia beri nama “Bambuwukir”) dengan Rully Shabara (vokalis dari band math-rock / experimental-rock ternama Yogyakarta, Zoo). Bersama mereka menciptakan musik yang kental dengan nuansa tribal, etnik, gelap dan primitif. Rilisan album kolaborasi mereka di Yes No Wave banyak mendapat ulasan positif di berbagai media.

04. SPACE SYSTEM [Jakarta] 
Duo eclectic electronic music asal Jakarta. Duo yang menjadi artis andalan di Space Records ini menggabungkan segalanya, mulai dari: EDM, psychedelic, jazz, funk, new-wave, dub, world-music sampai experimental music. Sudah merilis album berjudul Nature pada tahun 2009 juga beberapa single vinyl yang dirilis oleh beberapa label luar negeri. Selain itu Space System juga pernah tampil live di Esplanade, Singapura pada tahun 2010.

05. TERBUJURKAKU [Surabaya] 
Musisi electronic yang nyeleneh dan eksentrik asal Surabaya. Terbujur Kaku banyak bermain di wilayah gabber, jungle, breakcore, crazy drum n bass, hard house, happy hardcore. Album remix karya Terbujur Kaku berjudul Megamix Album: Koplo Goes to Breakcore yang dirilis pun menjadi bahan perbincangan dan debat panjang di forum Wasted Rockers, karena menggabungkan drum n bass / gabber dengan koplo / dangdut pantura, suatu hal yang tak lazim dilakukan di scene EDM maupun IDM lokal pada umumnya.

06. VICKYVETTE [Bandung] 
Art-rock / neo-prog / space-rock / neo-psychedelia asal Bandung. Band ini merupakan salah satu finalis festival musik indie ternama Indonesia beberapa tahun yang lalu. Pada awal tahun 2010 Vickyvette merilis EP berjudul Unconscious Shimmering yang mencuri perhatian beberapa pihak, hingga akhirnya di single-album Into The Universe yang dirilis enam bulan akhir 2010, musikalitas band ini mendapatkan pengakuan dari banyak pengamat musik. Penasaran? Unduh albumnya di sini.
Visual by: 20 / 20 SIGHTSCENERY

Sabtu, 8 Oktober 2011
18:00 WIB – selesai

Bara Futsal
(ruang galeri seni)
Jl. Falatehan No.68
Blok M
Jakarta-Selatan
* Lokasi gedung di samping halte busway Terminal Blok M

HTM: Rp10 ribu

Acara ini didukung oleh:
- Yes No Wave
- Space Records
- Provoke! magazine
- Deathrockstar
- Johnny Zebra
- Rebelzine
- Jurnallica
- Addicted Area
- Berisik Radio
- Geeks Bible
- Gigs Play
- Primitif Zine
- Area XYZ
- Bitterdict

Burgerkill "Venomous Alive" : We Want More (Like This..!!)

Sekitar sepuluh ribu anak muda berpakaian hitam-hitam, Sabtu (24/9) memadati stadion Siliwangi Bandung, tentu saja mereka bukan bermaksud menonton pertandingan sepak bola, tetapi mereka bermaksud untuk menyaksikan sebuah band yang telah 16 tahun malang-melintang mengarungi skena musik metal Tanah Air. Adalah  Burgerkill, band yang telah menjadi fenomena global ini, sabtu yang lalu mengadakan konser tunggal sekaligus perayaan telah diluncurkannya album baru atau album ke empat mereka yang berjudul “Venomous”.
Dengan tajuk konser “Venomous Alive”, Burgerkill  sukses memuaskan nafsu para begundal akan musik Burgerkill yang belakangan ini begitu langka untuk didengar dan disaksikan secara live di kota Bandung. Konser dibuka sekitar pukul 15.30 WIB, Man Jasad, selaku Master of Ceremony membukanya dengan berbagai wejangan dan himbauan untuk para begundal yang hadir di venue agar ikut menjaga keamanan dan ketertiban selama berlangsungnya konser. Setelah itu, dua big screen di kiri dan kanan panggung memutar  video clip single dari album “Venomous” yang berjudul  “Only The Strong”. Riuh-rendah penonton mulai terdengar tak lama setelah video clip diputar, satu persatu para personil Burgerkill mulai memasuki panggung yang cukup megah meski didominasi warna hitam.
Tanpa basa-basi mereka langsung menghentak dengan “Age of Versus” dilanjutkan dengan “Under The Scars”, sontak ribuan begundal yang sedari siang menunggu, tanpa ragu untuk memulai moshing di arena pit. Setelah itu, Vicky sang vokalis sembari menghela nafas menyapa puluhan ribu begundal yang hadir, ia menyatakan sangat senang dan bangga Burgerkill bisa kembali bermain di Bandung.  “Hari ini sangat bersejarah, karena ini pertamakalinya Burgerkill konser di Bandung (lagi,red),”  ungkap Vicky.
Hari itu memang menjadi hari yang bersejarah nantinya, dimana sebuah konser metal berhasil kembali digelar di Kota Bandung paska tragedi AACC. Seperti yang kita ketahui bersama paska tragedi tersebut skena musik underground khususnya musik metal terkena imbasnya karena kesulitan untuk mendapatkan ijin dari aparat berwenang untuk membuat acara di Kota Bandung.
Dalam konsernya kali ini, Burgerkill membawakan banyak lagu dari album baru “Venomous”, meskipun begitu nomor-nomor andalan dari tiga album terdahulu mereka seperti “Rendah” (album Dua Sisi, 2000), “Penjara Batin”, “Tiga Titik Hitam” (album Berkarat, 2003),  “Shadow of Sorrow”, “Darah Hitam Kebencian” (album Beyond Coma And Despair, 2006) mereka sajikan untuk para begundal.  Raungan sound yang begitu menggelegar mengajak para penonton untuk moshing, crowd surfing, headbanging sampai dengan circle pit semuanya tercipta dan menjadi wujud keceriaan bagi para begundal akan konser Burgerkill di sore hari itu. Tanpa ada perkelahian, semuanya berlangsung aman penuh dengan suka cita.
Stadion Siliwangi dulunya merupakan kandang dari tim Persib Bandung, lagu “For Victory”  dalam konsernya ini Burgerkill persembahkan untuk tim kebanggaan kota Bandung tersebut dan untuk pendukung setianya Viking. Lagu penuh semangat yang semakin membakar jiwa para begundal untuk terus ugal-ugalan.
“Darah Hitam Kebencian”, “Angkuh” dan “We Will Bleed” menjadi sajian berikutnya, seakan tanpa henti membuat para begundal serasa mempunyai energi lebih untuk terus beradu fisik di arena pit.
Setelah kurang lebih satu jam begundal-begundal itu ‘dihajar’ oleh Eben dkk.  Kini para begundal dibuat termenung dan penuh rasa haru ketika dilayar muncul video tentang almarhum Ivan ‘Scumbag’ Firmansyah. Sosoknya telah lama tiada, tetapi semangatnya masih tetap terasa di Burgerkill. “Kita yakin Alm. Ivan hadir di tengah-tengah kita saat ini”, Ujar Vicky sang vokalis dengan rasa haru.
Vicky memberikan warna lain dalam konser ini, setelah penayangan video tersebut ia memainkan jari-jemarinya diatas tuts piano mengiringi lagu “Tiga Titik Hitam”, lalu muncullah Fadly vokalis Padi  yang dulu memang  featuring dengan Burgerkill dalam album “Berkarat”. Karakter vokal Fadly yang tinggi dan pembawaannya yang penuh penghayatan, menciptakaan koor yang luar biasa dari para begundal, sungguh merinding mendengarnya. Amazing!
Setelah dibawa mengharu-biru oleh Burgerkill, para begundal diajak untuk kembali liar melalui lagu “Only The Strong”, single dari album “Venomous” dilanjutkan dengan kemunculan vokalis Seringai Arian 13 yang membawakan lagu “Atur Aku”,  sebuah tembang fenomenal dari band terdahulunya Puppen yang di aransemen ulang oleh Burgerkill. Lagu ini merupakan nomor terakhir dari Burgerkill, Arian lalu mengajak para begundal untuk semakin liar, semakin brutal, walhasil terciptalah sebuah circle pit berukuran raksasa. Sungguh sore di akhir pekan yang luar biasa!
Suksesnya konser “Venomous Alive” ini semoga menjadi sinyalemen positif bagi aparat berwenang bahwa konser metal itu damai! tidak selalu berhubungan dengan kekerasan atau menjadi biang kericuhan. Buktinya sejak acara dimulai hingga konser selesai, para begundal benar-benar tertib sampai meninggalkan venue. Dan kedepannya semoga segala perijinan mengenai event indie / underground dipermudah,  serta menjadi trigger bagi event organizer ataupun band lainnya untuk membuat acara yang serupa. WE WANT MORE (LIKE THIS)!!

Di Amerika, Rilisan Debut RISE TO REMAIN Tertunda

London, Inggris - Debut album RISE TO REMAIN, “City Of Vultures” memang sudah beredar resmi sejak 5 September lalu namun itu untuk kawasan Eropa. Untuk wilayah Amerika album milik anak kandung vokalis IRON MAIDEN tersebut kabarnya kembali ditunda perilisannya menjadi 24 Januari 2012 dari tanggal edar 11 Oktober yang direncanakan sebelumnya.


Mungkin mengingat nama besar Bruce Dickinson, RISE TO REMAIN sering dianggap sebagai salah satu band metal Inggris yang akan dapat berbuat banyak di scene metal dunia. Apalagi di jejaring media twitter, band bervokaliskan Austin Dickinson itu tahun lalu beberapa kali muncul sebagai trending topic.
Bukan hanya itu, Metal Hammer Golden Gods memberi penghargaan sebagai “Best New Band” sedangkan Kerrang! Awards memberi kampiun sebagai “Best British Newcomer”.
“Aku harap banyak orang suka dengan album ini terutama dari rilisan band muda karena diluar sana memang sudah banyak yang melakukannya,” kata Dickinson.
City Of Vultures” diproduseri Colin Richardson, orang yang memang sudah pengalaman menangani beberapa album band metal papan atas diantaranya milik SLIPKNOT dan juga AS I LAY DYING. Album ini berisi 12 lagu termasuk satu intro dengan total durasi sekitar 45 menit.
Untuk pendengar metal Indonesia, jika masih ingat konser IRON MAIDEN awal tahun lalu di Jakarta tentu nama RISE TO REMAIN menjadi tidak asing karena mereka menjadi pembuka tunggal di event yang digelar di Pantai Karnaval Ancol tersebut. Selain itu RISE TO REMAIN juga terbilang kenyang pengalaman panggung karena pernah menggelar tur Eropa bersama IRON MAIDEN, BRING ME THE HORIZON, BULLET FOR MY VALENTINE dan beberapa band penting lainnya termasuk tampil di Download Festival dan Sonisphere Festival. 

 
 




Tuesday, September 27, 2011

Kabar OBSCURA Tampil Di Dubai

Dubai – Band progressive death metal Jerman, OBSCURA untuk pertama kalinya tampil di Dubai sebagai bagian tur Asia Tenggara & Timur Tengah mereka sekaligus mendukung penjualan album baru, “Omnivium“.
Dan berikut foto-foto live mereka ketika tampil di Dubai yang diposting dari roldanmacanhiya. Jangan lupa OBSCURA juga akan tampil di Medan tanggal 1 Oktober nanti tepatnya di Tapian Daya, Pondok Kelapa (PRSU) Medan dengan tiket Rp.125.000.- on the spot. Akan ada juga band pembuka yakni FOREDOOM, CRANIUM dan DJIN.
[berontakzine.com]









Monday, September 26, 2011

Karawang Metal Fest #3 "Siapa Bilang Kami Sudah Mati..?"

Saya mohon maaf sebelumnya karena baru ngereview acara Karawang Metal Fest #3 minggu 18 September 2011, ok langsung aja bray…!!

 
Seperti biasa acara molor sampai 12.30 siang dari semula di jadwalkan pukul 10.00, di karenakan kurang  professionalnya band peserta yang bermain di awal acara, kurang lebih hampir pukul  13.00 acara baru di mulai walau cuaca agak panas (bukan agak lagi tapi puuanass), pada akhirnya Opposite Day salah satu band Hardcore karawang membuka gelaran Karawang Metal Fest #3 dengan mengusung 3 buah lagu, di lanjutkan dengan Fuck My head.

Cuaca agak redup dan awan menjadi mendung yang cuma sebentar dan hujan pun tak jadi turun.. huh.. (tapi repot juga kalo hujan), disusul oleh Karat (Bukan Karinding Attack-Bandung) dengan kostum bertopeng, setelah Karat  ada The Last Burning di belakang mereka ada Butterlies dua cover dari Lamb of God di libasnya, di lanjut band dengan nama yang unik Aya Aya Wae yang lumayan membuat penonton berkumpul di tengah-tengah mosh pit. 

Menjelang sore ada Brain Disorder menghantam beberapa cover dari Burgerkill setelah itu ada band brutal death metal dari Jakarta Devour The Damned langsung menghentakan beberapa lagunya, suasana sore dan tidak terlalu panas para metal head di suguhi oleh tontonan kesenian sunda yang di bawakan oleh teman-teman dari Sapu Jagad seperti Celempung, Karinding, Suling yang membuat acara Karawang Metal Fest #3 berbeda dari sebelumnya, selanjutnya ada band deathmetal dari bekasi Decry Victims di ikuti oleh Babi Muntah salah satu band Brutal Deathmetal yang ada di Karawang, di penghujung sore sebelum rehat maghrib ada Symphony Hitam dan setelah itu acara rehat kurang lebih 1,5 jam dan di mulai kembali pukul 19.30 WIB.

Setelah Rehat yang cukup lama acara di lanjut kembali dengan penampilan pertama dari Riewa di geber kembali oleh Jeproot di lanjut oleh Jeritan Iblis  di susul kembali oleh band Old school Hardcore Karedock leunca selanjutnya ada band nyiksa diri di hantam kembali di hari yg sudah semakin gelap oleh Before Tomorrow berlanjut lagi dari penampilan Nerro.

Setelah penampilan dari Nerro penampilan dari Beside band metal dari bandung dengan promo lagu barunya membuat suasana menjadi kian mantap setelah beside ada Pantoera band progressive metal yg di tunggu tunggu dari tadi oleh para metal head karawang dengan single covernya “Jablay From Hell” di lanjut oleh band death metal yg sudah malang melintang di dunia  bawah tanah Kolobos 5 lagu di suguhkan dengan brutal. 

Akhirnya jam sudah menunjukan pukul 10.30 WIB dan Karawang Metal Fest #3 pun berakhir acara yg membuat komunitas di karawang tetap bertahan dan mdah-mudahan acara seperti ini terus berlanjut di daerah-daerah karawang dan sekitarnya sampai ketemu lagi di acara metal fest selanjutnya di kota karawang…. Keep support your local scene… salut buat anak-anak karawang


Burgerkill Sudah Melunasi Semua Kewajiban

MEREKA SUDAH LAYAK DITAHBISKAN SEBAGAI BAND TERBAIK DI TANAH AIR. DAN KEMARIN MEREKA BARU SAJA MELUNASI SEBUAH KEWAJIBAN PENTING.


GOD DAMN… konser itu tidak meleset satu derajat pun dari ekspektasi. Konsep yang digodok dengan sangat anjrittt menghasilkan suguhkan yang anjrittt pula. Histeria massal terus menggelora dari lagu ke lagu. Kaki para begundal pun seperti dipaku di atas rumput Stadion Siliwangi ketika Vicky, Eben, Agung, Ramdhan, dan Andris, menyudahi Venomous Alive tepat ketika jarum jam menjejak di titik 17.30 WIB, Sabtu (24/9) itu. Sebagian dari mereka masih bertahan sampai hari habis ditelan malam, padahal seluruh personel Burgerkill sudah lama menghilang dari atas panggung.

Apa mau dikata, Burgerkill memang sudah lama dikenal sebagai biang kesempurnaan. Mereka seolah-olah tidak pernah membikin sesuatu yang tidak bagus. Album Venomous adalah sebuah katarsis yang sangat elegan untuk menanggalkan identitas lama Burgerkill yang amat lekat dengan sosok Ivan Scumbag, dan bersulih jadi Burgerkill baru yang tidak kalah keren. Dan, suguhan mereka dalam balutan Venomous Alive di Stadion Siliwangi itu boleh diibaratkan sebuah ejakulasi maksimal dalam rangkaian morse seksualitas sejak album pertama itu baru serupa rumor sampai mengejawantah jadi bentuk kepingan CD.

Tentu saja Burgerkill teramat layak merasa puas dengan ejakulasi yang mereka alami di atas rumput Stadion Siliwangi petang itu. Dan pula semua yang hadir, termasuk orang tua dan keluarga besar masing-masing personel. Sebab, dengan Venomous Alive, Burgerkill telah menunaikan satu kewajiban penting sebagai sebuah band besar, yakni menggelar konser tunggal.

Tidak ada sedikit pun spasi yang membuat Venomous Alive harus mendapat kredit negatif. Sebab, kalaupun ada, itu pasti bakal tertutupi oleh aksi tuntas Burgerkill selama dua jam lebih. Penonton seperti merasa masih lapar ketika Burgerkill menyuguhkan santapan terakhir berupa kolaborasi anjisss dengan Arian 13 saat membawakan lagu Atur Aku. Dan itulah tanda-tanda bahwa apa yang mereka sajikan — jika diibaratkan sebuah pesta jamuan makan —- semuanya serba lezat.

Dengan Venomous Alive barangkali Burgerkill tak perlu lagi melakukan apa pun untuk tetap mempertahankan imej mereka sebagai band metal terbaik sepanjang masa di negeri ini. Namun, bukan Burgerkill jika merasa puas dengan apa yang mereka genggang hari ini. “Tentu saja kami sangat sangat sangat puas dengan pencapaian ini. Tapi, kami tidak akan berpuas diri,” ucap Eben usai konser.

Eben kemudian menuturkan sejumlah mimpi yang bakal mereka rajut setelah merilis Venomous dan menggelar ritual istimewa dalam rangka peluncuran album tersebut. Salah satunya ingin mengembangkan sayap Burgerkill jadi band internasional. “Mungkin sudah waktunya kita memikirkan sesuatu yang lebih besar lagi. Kami ingin juga diakui di dunia yang lebih luas,” imbuh Eben.

Lho bukankah selama ini mereka sudah pernah menggelar tur Asia Tenggara dan mengecap panggung internasional seperti Soundwave Festival 2009 serta Big Day Out 2010 di Australia? “Belum! Kami belum puas dengan itu. Kami ingin juga merambah Eropa dan Amerika. Dan kami merasa mampu untuk melakukannya. Hidup itu harus rock n roll, brader. Jika kita tidak merasa yakin dengan kemampuan kita, maka kita tidak akan bisa meraih apa yang kita impikan,” sembur Eben lagi.

SEBUAH PENTAHBISAN

Lalu apa makna paling penting Venomous Alive buat Burgekill? Yeahhh… sosok ini adalah orang paling tepat untuk dijadikan tempat bertanya: Arian 13. Mantan vokalis Puppen yang sekarang mengibarkan penjor Seringai ini termasuk salah satu orang yang ada di samping Burgerkill sejak band ini meniti karir. Tapi, Arian tetaplah ‘orang luar’ yang bisa menyodorkan perspektif lebih obyektif mengenai Burgerkill hari ini, khususnya untuk album Venomous dan Venomous Alive.

“Di mata saya Burgerkill adalah band goreng patut! Sudah itu saja!” ungkap Arian. “Hahahaha… heureuy bray!” tambah Arian sambil tergelak. 

Di mata Arian, Burgerkill sudah memenuhi seluruh aspek untuk ditahbiskan sebagai salah satu band metal terbaik di tanah air. “Apa mau dikata, mereka sudah memiliki dan melakukan semuanya sebagai sebuah band,” cetus Arian. 

Kalaupun ada yang harus dikritik, menurut Arian, adalah soal waktu pencapaian tersebut. “Dari dulu saya sudah yakin Burgerkill akan jadi band besar. Tapi seharusnya mereka sudah mencapai apa yang mereka gapai hari ini ketika umur Burgerkill menginjak bilangan ketujuh. Bukan 16 tahun seperti sekarang,” papar Arian. 

Namun, Arian bisa mentolerir urusan waktu tersebut. Sebab, lanjut Arian, ada sejumlah variabel yang membuat Burgerkill baru bisa mencapai level kesuksesan ketika menginjak usia 16 tahun. “Kita tahu sendiri bagaimana sikap lingkungan kita terhadap band-band seperti Burgerkill. Andai saja Burgerkill tumbuh di habitat yang mampu memberikan dukungan lebih baik, mereka sudah mencapai level kesuksesan seperti ini sepuluh tahun lalu. Masih untung juga Burgerkill punya kekuatan luar biasa untuk menyiasati seluruh persoalan tersebut dan hari ini mereka mencapai titik seperti ini,” terang Arian. 

Jika Burgerkill sudah memiliki dan melakukan semuanya, lalu apa lagi yang harus mereka perbuat di hari esok? “Secara musik mereka tetap harus melakukan perubahan. Tentu saja bukan dalam rangka kompromi, melainkan untuk sebuah tuntutan progres. Sebab bagaimanapun perubahan adalah progres,” tandas Arian.



Hardcore Stage

HARDCORE STAGE MUNGKIN BISA JADI PERETAS UNTUK GIGS LAIN DI TEMPAT INI.
SATU lagi tempat alternatif yang bisa dijadikan venue menggelar gigs. Dan jangan heran jika tempat itu masih bernuansa militer. Setelah Yon Zipur Ujungberung, Yon Armed Cimahi, dan Lapangan Brigif Kujang, satu lagi tempat milik institusi militer yang bisa digunakan untuk menghelat hajat musik bawah tanah.
Hardcore Stage sudah membuktikannya. Panitia mendapatkan Aula Satata Sariksa, Komplek Resimen II, di Jalan Gudang Utara No 9A, Bandung. “Sebelumnya kita hendak menggelar gigs ini di Kampus Universitas Widyatama. Tapi akhirnya dialihkan ke sini,” ungkap Igonk dari Hood Conspirasi yang menggegas Hardcore Stage.
Sesuai dengan tajuknya, gigs ini memang diproyeksikan untuk penggila hardcore. Nyaris seluruh perwakilan band hardcore dari berbagai generasi, memastikan diri untuk ikut ambil bagian dalam gigs ini. Bukan hanya dari, ada enam band dari luar kota yang bakal berbagi keringat di Hardcore Stage.
Nonton gigs di tempat yang relatif baru tentu akan memberi sensasi tersendiri. Be fucking there, Familia!

HARDCORE STAGE
TEMPAT
Aula Satata Sariksa Resimen II
Jln. Gudang Utara No. 94 (dekat Stadion Siliwangi)

WAKTU
Minggu, 25 September 2011
Pukul 11.00 – 21.00 WIB

TIKET
Pre-sale Rp 20.000
On the spot Rp 30.000 (bonus sticker/flyer event)

TICKET BOX PRESALE
Hoods Conspiracy Shop
Arena
Linoleum
Equal
Kehed


Friday, September 23, 2011

OPETH Targetkan Penjualan 15 Ribu Keping Di Minggu Pertama

Stockholm, Swedia – Band progressive metal OPETH merilis album baru “Heritage” yang sebenarnya sudah beredar dari tanggal 14 September kemarin namun baru akan rilis di Amerika tanggal 20 September lalu via Roadrunner Music. Bicara soal target, band yang terbentuk 21 tahun lalu ini juga yakin kalau dalam minggu pertamanya rilis di Amerika akan terjual sedikitnya 15 ribu keping.

OPETH

Target penjualan ini terbilang lebih sedikit jika membandingkan hasil rilisan album sebelumnya, “Watershed” dirilis tahun 2008 mampu terjual hingga lebih dari 19 ribu keping dalam satu minggu pertama dan mendudukkan OPETH di peringkat 23 chart Billboard 200.
“Heritage” diproduseri sendiri oleh vokalis/gitaris mereka, Mikael Ã…kerfeldt yang direkam awal tahun di Studio Atlantis atau yang dulunya bernama Metronome terletak di ibukota Swedia, Stockholm. Proses mixing ditangani Steven Wilson sementara untuk artistik kover album kembali dipercayakan pada Travis Smith dengan bantuan inspirasi Ã…kerfeldt.
Dan berikut susunan lagu album baru mereka:
01. Heritage
02. The Devil’s Orchard
03. I Feel The Dark
04. Slither
05. Nepenthe
06. Häxprocess
07. Famine
08. The Lines In My Hand
09. Folklore
10. Marrow Of The Earth
Dalam satu sesi wawancara di Radio Metal, Ã…kerfeldt mengaku tak dapat membandingkan musik yang mereka mainkan sekarang. “Aku belum pernah mendengar musik seperti album baru kami. Jadi aku tak bisa membandingkannya dengan band manapun. Hanya bisa dibandingkan dengan musik kami sendiri, tapi itupun masih tetap berbeda. Bagiku ini seperti bentuk perasaan karena belum pernah mengerjakannya dalam waktu yang panjang. Jadi untuk kami ini bukan bentuk masif. Tapi untuk penggemar, jika mereka membandingkannya dengan rilisan kami di tahun 1998, “My Arms, Your Hearse” mungkin akan sedikit terdengar berbeda.
“Tapi aku berharap orang-orang akan suka dengan apa yang kami tawarkan sekarang ini. Sulit untuk merepresntasikannya apakah seperti ini atau seperti itu. Tidak ada lagu yang berdiri sendiri karena kamu tidak dapat mendengar satu lagu kemudian menjadi kesimpulan untuk album ini,” katanya.
Sementara itu tanggal 10 Juni kemarin di dekat kota Manchester, Inggris OPETH mendebutkan keyboardist Joakim Svalberg menjadi keyboardist baru mereka menggantikan Per Wilberg yang memutus diri keluar dari band bulan April lalu. Joakim Svalberg bukan nama sembarangan karena dia juga pernah menjadi keyboardist untuk TIAMAT, Yngwie Malmsten dan juga Glenn Hughes.


[berontakzine.com]

Tori Amos Bicara Soal Metal Dan Ingin Menjadi Metalhead

North Carolina, USA - Penyanyi, penulis lagu dan pianis eksentrik Tori Amos yang pernah menjadi nominator pemenang Grammy dan MTV Video Music Award dan baru merilis album “Night Of Hunters” kepada Spinner.com mengaku tidak heran untuk memahami kenapa bintang wrestling Mick Foley sangat menyukai musik metal.
Tori Amos Penyuka Metal Juga
 Tori Amos mengklaim musiknya juga memiliki tingkat emosi yang lebih bertenaga dibanding dengan band metal paling cadas di dunia ini.
“Terkadang kau tak tahu bagaimana musik mempengaruhi manusia. Aku menggandengnya karena aku tak berpikir hanya karena bicara sisi emosional. Berikutnya aku akan ada di panggung secara menggila dan bertenaga bersama band heavy metal di panggung manapun di dunia ini. Dan aku akan terus membuat penonton terus berheadbang,” kata Tori Amos.
“Meski usiaku sekarang 48 tahun, namun aku yakin mereka percaya aku dapat melakukannya karena emosi memiliki kekuatan seperti halnya metalhead. Kegilaan tidak bisa menyentuh jiwa dan ini akan menjadi pemenang setiap musibah datang,” ujarnya lagi.
Sementara itu, di postingan bawah kalian dapat melihat setidaknya bagaimana kecintaan Tori Amos mendengar musik metal. Tahun 2001, Tori Amos merilis album “Strange Little Girls”. Album pengkoveran ini salah satunya berisi lagu milik thrash metal legendaris SLAYER dengan mengkover ‘Raining Blood’.
Dan sebagai gitaris SLAYER, Kerry King mengaku cukup aneh dengan lagunya yang dijadikan versi pop tersebut. “Aku butuh waktu sekitar satu setengah menit untuk mengenal lagu itu memang lagu kami. Ini menakutkan. Kalau dia tak pernah berbicara ke kami, kami mungkin tidak akan pernah tahu,” kata King.



[berontakzine.com]

RAGE Akan Rilis Album Tercadas Mereka

Westphalia, Jerman – Band heavy/power metal lawas asal Jerman, RAGE, pertengahan Oktober nanti berencana memulai rekaman produksi di Studio Twilight Hall di kota Grefrath, Jerman untuk rilisan Nuclear Blast yang akan edar bulan Maret tahun depan.

RAGE

Proses produksi ini sekali lagi akan ditangani Charlie Bauerfeind, yang sebelumnya juga pernah menjadi tangan dingin untuk proses produksi album milik SAXON, BLIND GUARDIAN, HAMMERFALL dan HELLOWEEN serta beberapa band besar power metal lainnya.
Sebagai konsekuensi langsung atas keputusan RAGE yang juga bakal merilis album berkomposisi orkestra bersama bendera Lingua Mortis Orchester, Peter Wagner cs berjanji akan membuat album baru ini terdengar lebih cadas dari apa yang telah mereka buat sebelumnya.
Album terakhir RAGE, “Strings To A Web” dirilis Februari tahun lalu juga oleh Nuclear Blast Records. Album tersebut juga direkam di Studio Twilight Hall dan juga bersama Charlie Bauerfeind sebagai produser rekaman. Sedangkan Thomas Ewerhard dipercaya menangani komposisi artistik pembuatan kover.
Selain album baru, mereka juga mencetak bentuk digital buku “Strings To A Web” dilengkapi DVD berkualitas tinggi berisi 15 klip aksi panggung yang kebanyakan direkam saat mereka tampil di Wacken Open Air Festival di tahun 2009.



[berontakzine.com]

OBSCURA Umumkan bassist baru

Munich, Jerman - Pasukan technical death metal OBSCURA dengan bangga mempublikasi bassist baru mereka, Linus Klausenitzer bergabung ke band yang terbentuk sejak tahun 2002 tersebut. Linus sebelumnya bergabung di grup progressive metal NONEUCLID dan tentunya nanti ketika show di Medan tanggal 1 Oktober mendatang, kita sudah bisa melihat penampilannya.

Bassist Baru OBSCURA

OBSCURA yang merilis album terbaru, “Omnivium” akhir Maret lalu saat ini sedang disibukkan tur keliling Eropa bersama HATE ETERNAL dan tur Amerika bersama CHILDREN OF BODOM dan DEVIN TOWNSEND PROJECT.
Menjelang akhir bulan September, Steffen Kummerer cs akan memulai tur Asia mereka untuk pertama kali. Tur ini akan dibuka dengan penampilan mereka di Dubai tanggal 23 September mendatang.
Di Amerika, dalam minggu pertama rilis album “Omnivium” mampu terjual lebih dari 2 ribu keping dan mendaratkan mereka di peringkat 11 Top New Artist Albums (Heatseekers) yang merupakan peringkat penjualan album untuk pendatang baru atau yang belum pernah bertengger di Top 100 Billboard 200.
Hasil ini jelas jauh meningkat bila dibanding dengan penjualan rilisan satu album sebelumnya, “Cosmogenesis” yang ‘hanya’ terjual 900 keping dalam satu minggu pertama sejak dirilis.
Untuk penggarapan artistik kover album “Omnivium” dipercayakan pada Orion Landau. Orang ini sebelumnya juga pernah menangani pembuatan artistik untuk DYING FETUS dan ORIGIN.
“Omnivium” direkam di Studio Woodshed di Jerman dengan arahan V Santura sebagai senjinering rekaman. Lirik-lirik dalam album tersebut diambil dari buku philosophy karya Friedrich Wilhelm Joseph von Schelling yang berjudul “On Nature’s Connection to the Spirit World”.
Metalhead Medan, Sampai bertemu tanggal 1 Oktober nanti di konser OBSCURA. Dan video dibawah berisi pernyataan resmi OBSCURA tentang kehadiran bassist baru.  




[berontakzine.com]

Tuesday, September 20, 2011

BURGERKILL VENOMOUS ALIVE

AKHIRNYA ADA JUGA ANGGOTA SCENE KITA YANG MENGGELAR GIGS TUNGGAL. DAN TAK TERLALU MENGHERANKAN JIKA BAND YANG PERTAMA KALI MELAKUKAN ITU ADALAH BURGERKILL.


SETELAH tertunda, gigs ini akhirnya jadi digelar. Masih di tempat yang sama, yakni Stadion Siliwangi. Berdasarkan pemantauan terakhir pada Senin (19/9), stadion tersebut memang sudah siap lebih siap dibanding semula.
Gigs ini sendiri masih berkaitan dengan promo album Venomous. Album ini sempat diluncurkan pada sesi Bandung Berisik V tempo hari. Tapi, Burgerkill rupanya masih harus menyempurnakan peluncuran album tersebut dengan konser ini. Selain di Bandung, Burgerkill Venomous Alive juga sempat digelar di Jakarta dan Makassar.
Konser ini sangat istimewa, sebab hanya akan diisi aksi Burgerkill. Bahkan durasi acara pun sangat singkat yakni hanya sekitar dua jam.
Khusus untuk di Bandung, Venomous Alive mengusung tagline We Came In Peace. Demi kenyamanan semua, bahkan panitia sudah mengeluarkan sederet pakem agar acara ini benar-benar bisa dinikmati sebagai sebuah pesta megah dari band paling keren yang pernah lahir di kota ini.

ANJURAN
1. Pastikan membeli tiket di tiket box yang ditunjuk resmi oleh pihak penyelenggara.
2. Sangat disarankan untuk membeli pre-sale tiket, dikarenakan mencegah terjadinya antrian panjang di venue dan menjaga agar tidak kehabisan tiket.
3. Tiba di venue minimal dua jam sebelum acara dimulai untuk melakukan penukaran atau pembelian tiket.
4. Turut menjaga keamanan, ketertiban, dan kenyamanan baik sebelum atau pada saat dan sesudah acara berlangsung.
5. Wajib mentaati seluruh peraturan yang diberlakukan oleh pihak penyelenggara.
6. Bersiap menikmati acara dan turut menjadi salah satu bagian dari sejarah konser tunggal musik metal termegah saat ini.

LARANGAN
1. Dilarang berbuat onar, berkelahi atau membuat kerusuhan di area konser.
2. Dilarang membawa minuman keras, atau menggunakan drugs serta obat-obatan terlarang lainnya selama konser berlangsung.
3. Dilarang membawa senjata tajam, senjata api, atau benda yang dapat membahayakan keselamatan nyawa seluruh pengunjung (buckle, spike, etc).
4. Dilarang membawa minuman atau makanan dari luar dalam bentuk apapun.
5. Bagi yang melanggar hal-hal diatas akan dengan tegas dikenakan pasal dan undang-undang yang berlaku, serta akan di proses secara hukum oleh pihak yang berwajib.
Dan satu hal yang harus diperhatikan, jika setiap pagelaran konser berjalan aman, nyaman, serta kondusif, nantinya akan memudahkan semua dalam konser serupa. Hal ini sangat dibutuhkan untuk memulihkan lagi kepercayaan dari beberapa pihak terkait bahwa tidak seluruh nya konser itu identik dengan kerusuhan atau kekerasan.
BURGERKILL VENOMOUS ALIVE
TEMPAT
Stadion Siliwangi, Bandung
WAKTU
Sabtu, 24 September 2011
Pukul 14.00-17.30 WIB
TIKET
Rp 30.000
TICKET SPOT
Omuniuum
Chronic
Riotic
Errorizer
Aesthetic
Arena
Godstore
Bedog Cepot


Rock In Solo 2011

kalo kalian ada yang nggak nonton Rock In Solo 2011 ini ada sedikit liputan dari tetangga sebelah 

Kalau ditanya tentang pagelaran musik cadas terbesar Jawa Tengah tahun ini, pasti semua metalhead akan menjawab secara berjamaah,  Rock In Solo 2011! Setelah ditunggu-tunggu oleh para pemujanya, akhirnya Rock In Solo 2011 kembali digelar pada 17 September 2011. Berharap lebih heboh dari acara serupa tahun sebelumnya, Rock In Solo 2011 menggunakan empat panggung dan menampilkan 40 band cadas serta ‘main course band’ nya menyajikan Oathean, Down For Life, Burgerkill, Kataklysm, Death Angel. Menjadikan mereka sebagai formula cadas tingkat dewa yang siap dikonsumsi.

Bertemakan Heritage Metal Fest 2011, Rock In Solo memilih Alun-alun Utara Solo sebagai  arena eksekusinya. Bukan tanpa alasan lho, panitia memilih tempat ini. Selain lokasinya yang strategis, Alun-alun Utara dipilih karena di masa lalu, tempat ini digunakan sebagai berkumpulnya Raja dengan rakyatnya. Nah, dengan mengambil filosofi itu, Rock In Solo 2011 menjadi tempat berbarisnya  para pasukan metal dihadapan para punggawa cadas lokal dan mancanegara.
Para metalhead terus berdatangan sejak pagi sampai sore, mereka nggak mau melewatkan penampilan band-band lokal dan mancanegara yang beraksi di empat panggung. Dengan ditemani teriknya matahari, band-band seperti Extreme Decay, Raja Singa, Gigantor, Enforce, Deraged dll, menambah panas crowd untuk berheadbang ria. Kawan, ada satu band yang menarik perhatian penonton. Ishtar, band asal Korea yang mengusung genre thrash metal yang dicampur dengan perpaduan gothic metal dan musik orchestra, membuat band yang beranggotakan tiga cewek cantik serta 2 cowok ini terlihat unik. Saat malam menjelang, crowd mulai sesak dijubeli metal militia berpakaian hitam. Tahu nggak kawan, nggak hanya didominasi para metalhead cowok saja lho, banyak juga para metalhead girl yang datang. Wow!

Setelah jeda Magrib dan Isya, perhatian penonton mulai fokus ke panggung A yang memang menjadi  panggung utama di Rock In Solo 2011. Oathean, membuka penampilan sajian utama malam itu. Walaupun band melodic black metal asal korea ini di beberapa menyanyikan lirik dengan bahasa asal mereka, tapi nggak mengurangi rasa musik sehingga masih sedap buat didengar. Setelah  Oathean turun panggung, giliran Down For Life unjuk gigi. Band asli Solo ini memang sudah ditunggu oleh ratusan ‘Pasukan Babi Neraka’ (sebutan untuk fans Down For Life). Hentakan musik metal khas Down For Life ditemani moshing serta sengkarut saling sikut para penonton membuat suasana malam itu semakin asoy! Tahu nggak kawan, Adjie sang vokalis ternyata salah satu orang pencetus dibalik lahirnya metalfest Rock In Solo ini.
Sudah siap buat aksi band berikutnya, kawan remaja? Yes, please welcome…Burgerkill!!! Band asli Ujungberung, Bandung, yang sudah malang melintang diberbagai  metalfest dan  pertunjukan dunia seperti yang tercatat adalah Soundwave 2009 dan Big Day Out 2010. Berpredikat sebagai band cadas berkekuatan paling ‘berbahaya’ di Indonesia, Burgerkill yang beranggotakan Vicky (vokal), Eben (gitar), Agung (gitar), Ramdan (bass) dan Andris (drum) membawakan lagu-lagu maut yang menyebarkan ‘racun’ headbanging, moshing serta stage diving. Mulai dari Age Of Versus, Under The Scars, Through The Shine dan Penjara Batin sukses mengetarkan tanah Solo.  Lagu selanjutnya sperti Shadow Of Shorow, House Of Green, dan Darah Hitam Kebencian menutup penampilan Burgerkill  yang dinyanyikan dengan penuh tenaga dan penghayatan, dan sungguh ini membuat bulu kuduk merinding.

Kawan, tanpa diduga Walikota Solo bapak Joko Widodo datang ke Rock In Solo 2011. Dia mendukung acara ini secara total. Kataklysm, menjadi penampil keempat di Rock In Solo 2011. Band yang terbentuk pada tahun 1991 di Kanada ini mengusung musik deathmetal ala Kataklysm yang terkenal cepat dan brutal. Band yang baru pertama kali berakasi di Indonesia dan langsung singgah di Solo ini. Bahkan sang vokalis, Maurizio Iacono terkesan dengan para metalhead yang menonton aksi mereka yang seakan mempunyi energi super untuk terus berdansa rasa metal tanpa kenal lelah. Hingga saat ini Kataklysm sudah mempunyai 10 album, dengan album terakhir yang mereka rilis pada 2010 lalu, ‘Heaven’s Venom’.

Sekitar jam 11 malam, headliner yang sudah di tunggu akhirnya unjuk gigi. Death Angel, kawan! Yeaaaah! Begitu serdadu Death Angel yang asal Bay Area San Fransisco ini naik panggung, tanpa dikomandoi teriakan langsung terdengar disusul dengan kepalan tangang khas metal dari para penonton. Cuma butuh sepetik raungan distorsi gitar Rob  Cavestany dan Ted Aguilar, sepercik gebukan drum Will Carroll , serta cabikan bass Damien Sisson, oh…total beautiful chaos langsung tercipta. Moshing, stege diving, Slamdancing, headbanging! Whatever you name it! Serangan musik trash metal yang cepat dan rapat serta vocal Mark Osegueda membuat adrenalin semakin terpacu. Dari deretan paling depan sampai hampir paling belakang bergoyang liar penuh semangat. Death Angel menghantam panggung tanpa ampun dengan deretan lagu andalan mereka seperti Evil Priest, Buried Alive, Mistress of pain, Claws In So Deep dan Seemingly. Di setiap jeda antar lagu Mark nggak capek-capeknya mengucapkan terima kasih kepada para metalhead yang datang dan nggak lupa meneriakan Solo dengan lengkingan suaranya yang khas. Lewat tengan malam, sekitar jam setengah dua, Death Angel menutup aksi meraka dengan 3 lagu encorenya. Ada yang seru nih kawan, sang drummer Will Carroll sempat melempar salah satu simbal drumnya ke penonton sebagai kenang-kenangan dari Death Angel.

Dengan sound panggung yang bagus, susunan jadwal yang tertata rapih, serta para pengisi acara yang benar-benar amazing, membuat metalfest Rock In Solo 2011 benar-benar memanjakan para metalhead serta memasukan Rock In Solo sebagai acara metalfest besejarah di Indonesia. Kalau SID bilang Kuta rock city, Suara Remaja bilang Solo metal city . Sampai jumpa di Rock In Solo 2012, kawan!


[SuaraRemajaMerdeka]

Thinking Straight Launching Party

HANYA berselang dua pekan setelah menggelar gigs seronok dalam rangka peluncuran Under 18 Look Inside BDG, Linoleum kembali menghelat pesta sejenis dan di tempat yang sama. Kali ini giliran Thingking Straight yang digarap distro klasik yang bermarkas di Sarijadi tersebut. Linoleum tidak sendiri menggarap hajat ini. Mereka bekerja sama dengan One Truth.
Thingking Straight sendiri adalah band hardcore asal Depok yang sudah jadi bagian keluarga kita. Dan gigs ini adalah dalam rangka peluncuran full lenght kedua Thingking Straight, The Opposite of Ordinary, yang dirilis Linoleum.
Gigs ini menjanjikan sesuatu yang istimewa. Selain venue yang memang sangat privat, jika tidak aral melintang gigs ini akan disemarakkan band hardcore asal Malaysia, Second Combat. Mereka datang ke sini dalam rangka tur Indonesia 2011. Di panggung ini, Thingking Straight juga bakal berbagi keringat dengan Step Ahead, Asia Minor, Final Attack, dan A Thousand Punches.

HINKING STRAIGHT
THE OPPOSITE OF ORDINARY LAUNCHING PARTY

TEMPAT
Fame Station, Jl. Sersan Bajuri 100
WAKTU
Sabtu, 24 September 2011
16.00 s/d 21.00 WIB
LINE UP
Thingking Straight
Step Ahead
Asia Minor
Second Combat
Final Attack
A Thousand Punches
HARGA TIKET
Pre-sale Rp 25.000
On the spot Rp 35.000 (termasuk minuman ringan)
TICKET SPOT
Linoleum Shop, Sarijadi
Deep Insight Shop, Jl. Gurame No.6
Arena Experience, Dago

Save Our Future: Pelajaran Kecil dari Dead Squad

DEATH VOMIT TAMPIL BERINGAS. DEAD SQUAD MENYODORKAN TIPS KECIL TENTANG BAGAIMANA MENAMBAH GREGET PANGGUNG.
MUSIK kita makin menunjukkan bisa menjadi tuan rumah di tanah sendiri. Gambaran itu kembali tersaji di gis Save Our Future: And Tribute For All yang digelar di Yon Armed 4, Cimahi, Minggu (18/9). Sejumlah band dari kota lain tidak ada yang tidak mengaku takjub dengan antusiasme yang mereka saksikan di depan panggung.
“Dulu saya termasuk yang turut jadi saksi bagaimana luar biasanya scene Bandung Underground. Dan sekarang scene ini masih luar biasa,” tutur Iik, gitaris/vokalis Betrayer, yang ditemui selepas manggung.
“Saya tidak heran dengan apa yang saya saksikan malam ini. Saya tahu scene metal di Bandung tidak ada duanya di negeri ini. Death Vomit sangat beruntung bisa kembali mendapatkan kesempatan main di sini,” ungkap Roy Agus, drumer Death Vomit.
Kecuali sempat terhenti karena hujan, Save Our Future berlangsung sesuai dengan harapan. Gigs ini juga mencatat rekor dari segi durasi. Biasanya gigs sudah kelar sekitar pukul 22.00 WIB. Namun, rehat akibat hujan menyebabkan durasi molor luar biasa. Bahkan Dead Squad terpaksa memangkas jatah lagu mereka dan terpaksa menyudahi aksi karena waktu sudah menginjak pukul 00.00 WIB.
Secara keseluruhan, pengemasan Save Our Future layak disemati label keren. Sistem suara sangat memadai. Kualitas panggung juga di atas rata-rata gigs yang biasa digelar di Yon Armed. Penyelenggara rupanya sadar betul Save Our Future bakal jadi altar tempat band dari kota lain beraksi.
Seperti gigs lain, Save Our Future mencapai titik klimaks selepas Maghrib. Ada aksi Betrayer yang sudah sekian lama tidak manggung di sini. Tapi, menu yang disajikan Betrayer rupanya ‘hanya’ jadi hidangan pembuka buat Terror Bleeding yang tampil berikutnya.
Tak percuma Terror Bleeding menyulih musik mereka dari death metal ke black metal. Karakter death metal yang sebelumnya biasa mereka mainkan, membuat black metal ala Terror Bleeding jadi sangat bertenaga. Jika diberi kesempatan menghajar panggung lebih banyak, mereka nicaya bakal jadi band besar di kemudian hari. Sekaligus menghela gerbong black metal yang belakangan mulai dipacu agar melaju lebih kencang di gigs musik bawah tanah kota ini.
Setelah Terror Bleeding, penonton disuguhi Infamy yang seperti biasa tampil sangat impresif. Sempat diselingi Maelstrom yang menyuguhkan death metal klasik, penonton dibuat terkejut karena The Cruel ternyata bisa tampil. Sebelumnya Butche Mario dan kawan-kawan sempat menyatakan urung tampil di Save Our Future karena gitaris mereka menderita sakit. “Tapi, demi kalian, gitaris kami memaksakan diri untuk tampil,” teriak Butche sebelum memulai aksi The Cruel.
The Cruel jadi penampil yang menyuguhkan menu spesial. Selain membawakan satu lagu dari Malevolent Creation, mereka menutup aksi dengan sebuah kolaborasi memikat dengan grup hiphop Eyefeelsix. Mereka membawakan lagu klasik milik Helmet, Just Another Victim.
Suhu sedikit menurun ketika ESA tampil setelah The Cruel dengan suguhan rock. Dan itu dimanfaatkan penonton untuk menyimpan tenaga buat empat penampil terakhir yang sudah pasti butuh energi tidak sedikit. Dajjal langsung menebar kegilaan begitu Barock tampil di atas panggung. Mereka menghajar adrenalin penonton tanpa ampun. Barock menutup aksi Dajjal dengan melompat dari atas panggung ke tangah-tengah penonton.
Siksa Kubur mengulangi kengerian yang sempat mereka tebarkan sepekan sebelumnya di tempat yang sama dalam acara Cimahi Bergetar 5. Secara sadar malam itu mereka sengaja tidak memainkan lagu-lagu yang sudah disuguhkan di Cimahi Bergetar. Tentara Merah Darah yang jadi lagu wajib Siksa Kubur, dicoret dari song list.
Sayang, Siksa Kubur harus mengurangi satu dari tujuh lagu yang hendak mereka geber. Tapi, hal itu sama sekali tidak mengurangi kegagahan Japra dan kawan-kawan. Band asal timur Jakarta ini menutup aksi dengan Pasukan Jiwa Terbelakang.
Penampil berikutnya, Death Vomit, seolah tahu apa yang harus dilakukan. Band asal Yogyakarta ini tampil sangat luar biasa. Kemasan sound yang mereka racik cukup dijadikan landasan untuk menyebut Death Vomit sebagai penampil terbaik di Save Our Future.
Akan tetapi, band yang tampil terakhir sudah pasti jadi alasan utama mengapa penonton berbondong-bondong meluruk Yon Armed hari itu. Sempat diganggu persoalan teknis pada mixer, Dead Squad mafhum apa yang harus dilakukan sebagai penampil terakhir.
Bahkan malam itu Dead Squad memberi pelajaran kecil buat kita tentang bagaimana menambah greget penampilan. Bukan hanya menyiapkan teknis tata-suara sebaik mungkin, mereka juga sengaja memboyong dua buah backdrop yang ditaruh di kanan dan kiri. Untuk sebagian orang, aspek ini boleh jadi sepele. Tapi untuk beberapa orang, apa yang dilakukan Dead Squad menjadi sangat berarti, terutama bagi para pekerja media.
Untuk urusan latar panggung, panitia juga telah menempuh tindakan keren. Gambar backdrop hanya diisi nama acara. Tidak seperti kebanyakan gigs yang menempelkan seluruh penampil berikut jejeran sponsor. Dan ini membuat mata terasa nyaman melihat seluruh aksi band, baik yang tampil siang maupun malam. Siyahhh on next gigs, Familia!!!